Mohon tunggu...
Clara Oktavia Pratiwi
Clara Oktavia Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Clara Oktavia Pratiwi NIM : 43222010001 Jurusan : S1 Akuntansi Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 - Diskursus Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi

9 November 2023   23:07 Diperbarui: 9 November 2023   23:21 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mingkar-mingkuring angkara

Akarana karenan mardi siwi

Sinawung resmining kidung

Sinuba sinukarta

Mrih kretarta pakartining nglemu luhung

Kang tumprap neng tanah jawa

Agama ageming aji

Dari bait tersebut, tampak jelas sekali bahwa hal yang paling mendasar adalah mengendalikan diri dari hawa nafsu. Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar karena menggagalkan kontrol diri manusia dan membelenggunya secara buta pada dunia lahir. Apabila manusia sudah dikuasainya ia tidak lagi menuruti akal budinya, manusia semacam itu dapat mengancam lingkungan dan menimbulkan konflik-konflik dan ketegangan dalam masyarakat dan dengan demikian membahayakan ketentraman. Nafsu manusia dianggap penting, sebab makmur atau hancurnya dunia berdasarkan nafsu manusia. Jika seorang pemimpin berwatak mulia, maka nafsunya tergolong baik (muthmainnah) sehingga memiliki peran memayu hayuning bawana (melestarikan dan memakmurkan bumi). Tapi sebaliknya, bila seseorang pemimpin mempunyai tabiat nafsu ammarah (angkara murka) maka jangan ditanya akibat yang akan diperbuatnya. Nafsu angkara yang mengajak kejahatan diibaratkan seperti api yang hanya bermodalkan sebatang pentol korek api dapat membakar dan melahap apa saja. Wataknya selalu ingin ingin menang sendiri.

Dari bait pupuh pangkur Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV terdapat beberapa ajaran tasawuf yang merupakan upaya untuk memberihkan jiwa untuk menjadi manusia yang luhur, salah satunya adalah tidak mabuk keduniawian (zuhud). Zuhud pada sebagian orang sangat susah dijalankan, karena harus mengontrol hawa nafsu untuk tidak terlalu mabuk duniawi. Zuhud bukan berarti meninggalkan sepenuhnya yang bersifat duniawi, akan tetapi hanyameninggalkan ketergantungan dan berpasrah kepada Tuhan. Orang yang yang membiasakan zuhud biasanya akan berpola hidup yang sederhana, walaupun mampu untuk mencari harta sebanyak mungkin. Selain itu orang yang zuhud, akan senantiasa mengedepankan akhirat, dan tidak terperdaya oleh harta dan kedudukan hanya untuk kepentingan dirinya saja. Zuhud juga dijelaskan dalam Serat Wedhatama yang menjelaskan bahwa orang yang mempunyai kekuasaan atau kedudukan harus senantiasa menguasai ilmunya dan harus menguasai dirinya sendiri dalam arti mengontrol hawa nafsunya. Orang yang memiliki kekuasaan atau kedudukan harus senantiasa sadar bahwa semua harta dan kekuasaan itu hanya titipan Allah sebagaimana yang disebutkan di bawah ini ;

Sepantuk wahyuning Allah, Gya dumilah mangulah ngelmu bangkit mikat reh mangukut, kukutaning jiwangga, yen mengkono kena sinebut wong sepuh, lire sepuh sepi hawa, awas roroning atunggil.

Artinya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun