Mohon tunggu...
Clara Oktavia Pratiwi
Clara Oktavia Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Clara Oktavia Pratiwi NIM : 43222010001 Jurusan : S1 Akuntansi Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 - Diskursus Kepemimpinan Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV pada Upaya Pencegahan Korupsi

9 November 2023   23:07 Diperbarui: 9 November 2023   23:21 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEPEMIMPINAN KGPAA MANGKUNEGARA IV PADA SERAT WEDHATAMA

Menurut Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV, hidup manusia itu ada tiga perkara, yaitu :

  • Wirya atau Keluhuran;
  • Arto atau Kekayaan Kemakmuran; dan
  • Winasis atau Ilmu Pengetahuan.

Apabila tidak ada satupun yang dapat diraih dari ketiga hal tersebut, maka habislah diri manusia itu. Akhirnya, manusia itu mendapat derita, menjadi pengemis, dan terlunta.

Dalam Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV juga terdapat tiga kategori leadership, yaitu :

  • Nistha, yang berarti memikirkan dirinya sendiri dan kelompoknya sendiri.
  • Madya, yang berarti tahu kewajiban dengan baik dan haknya dia ambil.
  • Utama, yang berarti istimewa, tidak ada pamrih apapun, melampaui keutamaannya.

Selain itu syarat leadership pada tindakan "RAOS GESANG" (Ki Ageng Suryamentaram) adalah :

  • Bisa rumangsa, ojo rumangsa bisa. Artinya adalah kita sebagai manusia wajib bisa merasa (berempati), bukan malah merasa bisa (sombong).
  • Angrasa wani. Artinya adalah berani bersikap, berani mengambil risiko, bertindak tegas, dan mampu berinovasi.
  • Angrasa kleru. Artinya adalah ksatria, berani mengakui kesalahan, dan jujur.
  • Bener tur pener. Artinya adalah pener itu berbeda dengan benar.

Dalam Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV juga terdapat lima tatanan moral mental, antara lain :

  • Aja dumeh, yang berarti jangan mentang-mentang dalam artian yang luas mendalam.
  • Aja gumunan, yang berarti jangan mudah kagum pada apapun.
  • Aja kagetan, yang berarti pada semua RT jangan mudah terkejut.
  • Prasojo atau prasaja, yang berarti suatu kesederhaan dan kecukupan.
  • Manjing ajur ajer, yang berarti melebur dengan tulus pada semua lapisan masyarakat.

Kemudian etika tindakan dokrin kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV gaya Serat Wedhatama pada Serat Kinanthi antara lain :

  • Eling lan waspada, artinya adalah pemimpin mampu untuk selalu ingat dan selalu waspada.
  • Awya mematuh nalutuh, artinya adalah pemimpin mampu untuk menghindari tindakan marah.
  • Gonyak-ganyuk ngelinhsemi, artinya adalah pemimpin mampu untuk jangan berbuat tidak sopan saat sedang rapat di depan umum.
  • Bangkit ajur ajer, artinya adalah pemimpin mampu untuk bergaul tulus tanpa membedakan kelas manusia.
  • Atetamba yen wus bucik, artinya adalah jangan berobat setelah terluka, yang berarti aplikasi paraxis tindakan harus tepat. Artinya pemimpin mampu memiliki ketelitian tindakan belum cakep ilmunya, tergesa-gesa ingin dianggap pandai, tercemar nafsunya, selalu merasa kurang, tertutup pamrih, dan sulit manunggal dengan Maha Kuasa.
  • Kareme anguwus-uwus uwose tan ana, mung janjine muring-muring, artinya adalah marah tanpa isi, asal marah, dan marah yang dilampiaskan ke orang lain. Artinya jangan pernah marah tak terkontrol, dan tidak anti kritik.
  • Nggugu karape priyangga, artinya adalah jangan bertindak semaunya sendiri, memikirkan segala sesuatunya dengan matang, mampu menempatkan diri dengan baik, dan mampu mematuhi segala aturan yang berlaku.
  • Mung ngenaki tyasing lyan, artinya adalah pemimpin mampu untuk memakai pengetahuannya benar atau berbeda dengan orang lain, ia bersikap baik hanya sekedar hormat dan menghormati orang lain.
  • Den bisa mbusuki ujaring janmi, artinya adalah ada kalanya perlu untuk kadang-kadang berpura-pura bodoh, lalu menghadapi orang bodoh dengan cara yang baik.

Dokpri
Dokpri

MENGAPA SESEORANG MELAKUKAN TINDAKAN KORUPSI?

Korupsi masih menjadi problem di negara-negara berkembang hingga saat ini. Korupsi memang sudah menjadi budaya di negara-negara berkembang dan sangat sulit diberantas. Untuk melakukan pemberantasan korupsi ternyata juga sangat banyak hambatannya. Sehingga bagaimanapun kerasnya usaha yang dilakukan oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga negara ternyata korupsi juga tidak mudah dikurangi apalagi dihilangkan. Bahkan bisa dinyatakan bahwa korupsi tidak akan pernah bisa untuk dihilangkan.

Di tengah kehidupan yang semakin sekular, maka ukurannya adalah seberapa besar seseorang bisa mengakses kekayaan. Semakin kaya, maka semakin berhasil. Maka ketika seseorang menempati suatu ruang untuk bisa mengakses kekayaan, maka seseorang akan melakukannya secara maksimal. Di dunia ini, maka banyak orang yang mudah tergoda dengan kekayaan. Karena persepsi tentang kekayaan sebagai ukuran keberhasilan seseorang, maka seseorang akan mengejar kekayaan itu tanpa memperhitungkan bagaimana kekayaan tersebut diperoleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun