Berdasar data tersebut dapat diketahui bahwa batu andesit yang menjadi bahan dasar untuk membangun candi tersebut diambil dari sungai Pabelan dan atau sungai Tringsing.
Kondisi demikian hampir ditemukan di semua candi yang ada di wilayah Magelang (secara khusus), bahwa letak candi tidak jauh dari sungai (kecuali candi Selogriyo, candi Gunung Wukir, candi Gunung Sari yang berada di atas bukit).
Bangunan dan Ragam Hias CandiÂ
Semua candi-candi yang ada (khususnya di Magelang) mempunyai keunikan dan daya tarik masing-masing. Demikian juga pada candi Asu, Pendem dan Lumbung yang dikelompokkan dalam kompleks Candi Sengi. Dari ketiga candi tersebut, bangunan candi Lumbung yang paling lengkap.Â
Baik kaki candi, badan sampai atapnya. Bahkan relief-relief yang ada di kaki candi maupun badan candi juga dapat kita ketahui. Sehingga postur candi Lumbung dapat dilihat relatif utuh.Â
Untuk candi Asu bangunanya baru nampak kaki dan badan candi. Pada kaki dan badan candi juga nampak relief-relief yang menghiasi. Atap candinya belum nampak. Kemungkinan batu-batunya sudah sulit ditemukan.
Sedangkan untuk candi Pendem baru pada kaki candi. Badan maupun atap candi belum nampak. Perhatikan gambar dan cuplikan relief ketiga candi tersebut:
Relief-relief yang menghiasi candi-candi tersebut juga menampakkan keindahan. Pada umumnya bernuansa flora dan fauna. Untuk candi Pendem kita hanya mengetahui relief pada kaki candi saja. Itupun hanya pada bagian depan. Semua relief terpahat dengan halus dan memancarkan keindahan.
Motif hias yang ada di kaki candi Asu adalah sulur-sulur, untaian bunga teratai, flora, dan burung kakatua (nuri) yang sebagian belum selesai dipahat secara detail.
Pada bagian tubuh bagian bawah terdapat bingkai-bingkai berhias sulur-suluran tetapi bagian dalamnya berupa bidang kosong. Bidang tersebut diapit hiasan ghana yang belum selesai pengerjaannya.