Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa fungsi ketiga candi tersebut adalah sebagai tempat pemujaan dan berdoa khususnya untuk keberhasilan hasil pertanian. Maka sangat logis apabila keberadaan ketiga candi dibangun di tengah lahan pertanian penduduk.
Dengan kata lain ketiga candi tersebut merupakan siklus aktivitas spiritual para petani terkait dengan hasil panen yang diharapkan yaitu lancar dan melimpah hasilnya. Siklus spiritual dimulai dari candi Pendem, dilanjutkan ke candi Asu, dan berakhir di candi Lumbung.
Sensitivitas Raja pada Rakyatnya
Seperti diketahui, bahwa candi dibangun berdasar pada alasan sumber ekonomi masyarakat yang dianggap mampu. Sebab pembangunan dan pemeliharaan candi membutuhkan finansial yang relative besar. Selanjutnya bahwa dalam pembangunan candi selalu didasarkan pada perintah raja. Demikian juga candi Pendem, Asu dan Lumbung.
Mataram Hindu yang telah mengukir sejarah besar di pulau Jawa (Jawa Tengah khususnya) sudah meninggalkan banyak jejak sejarah. Peninggalan tersebut sebagian besar ditunjukkan pada pembangunan candi.
Budaya adiluhung selain bangunan candi juga komponen yang menyertai candi, biasanya terwujud pada peninggalan arca, relief, lingga dan yoni dalam berbagai versi dan bentuknya. Maka candi merupakan bukti nyata tentang kemampuan dan pengaruh kekuasaan raja.
Pendek kata pembangunan candi merupakan wujud kebesaran raja. Makin banyak, makin besar candi yang dibuat menunjukkan seberapa besar kekuasaan dan pengaruh sang raja.
Namun dibalik pembangunan candi tersebut, terselip juga sikap peduli raja pada rakyatnya. Mengapa demikian? Sebab candi dibangun lebih bermuara pada kepentingan agama sang raja, pejabat kerajaan dan rakyat.
Di tengah perbedaan tentang fungsi candi, namun semua pihak sepakat bahwa candi mempunyai fungsi tempat ibadah/berdoa/mengajukan permohonan tentang sesuatu kebaikan yang diinginkan. Maka pembuatan candi harus mendapat persetujuan raja. Sebab raja adalah representasi dewa.
Sebagai tempat ibadah, maka pembangunan candi tidak boleh asal jadi. Sehingga proses pembangunan candi harus melibatkan segenap tenaga profesional. Beberapa profesi yang terlibat antara lain:
1. Shapaka, yaitu merupakan arsitek pendeta. Ia harus seorang Brahmana yang paham benar akan kitab suci, benar-benar mahir dalam ilmunya dan tingkah lakunya sesuai dengan kasta dan tingkatan hidupnya.