Siklus tersebut sekaligus menjadi salah satu jawaban tentang pertanyaan mengapa ketiga candi berbentuk tunggal, dibangun di tengah sawah, dan jaraknya berdekatan. Bagaimana siklus spiritual terkait ketiga candi tersebut?
a) Candi Pendem
Nama asli candi Pendem adalah Pertimah yang berarti candi Bumi yaitu candi yang digunakan untuk berdoa agar hasil panen (hasil bumi) dapat melimpah. Jadi para petani sebelum mengerjakan sawah mereka melakukan ritual di candi Pendem.
Oleh sebab itu candi Pendem adalah candi yang berfungsi untuk melakukan ritual untuk memanjatkan doa sebelum para petani mengerjakan sawahnya.Â
Tentang nama candi Pendem, berkaitan dengan posisi vandi ini yang sejak ditemukan 1929 terpendam di dalam tanah. Sehingga sampai sekarang posisi candi berada di bawah permukaan tanah sawah penduduk.
b) Candi Asu
Selanjutnya pada saat para petani mengerjakan sawah, memelihara tanaman sampai panen, para petani beristirahat (ngaso) dan melakukan ritual doa. Para petani secara bersama-sama melakukan ritual doa di candi Asu. Maka kata Asu berasal dari kata "asohan" yang berarti ngaso atau istirahat.
Berdasar uraian fungsi candi Asu dapat diketahui bahwa nama candi Asu berasal dari kata Asohan yang lama kelamaan berubah menjadi Asu. Pada versi lain terdapat penjelasan bahwa nama candi Asu karena ditemukan candi Nandi yang sudah rusak yang wajahnya mirip anjing.
Setelah mereka panen, para petani melakukan tasyakuran atas hasil panen yang sudah diperoleh. Dalam melakukan ungkapan syukur, para petani melakukan ritual doa di candi Lumbung.
Dalam sosial budaya Jawa, Lumbung adalah tempat menyimpan hasil tanaman (hasil tani). Maka candi Lumbung merupakan siklus akhir para petani melakukan pemenuhan spiritual (doa) yang terkait dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan. Mengingat fungsi candi yang demikian, maka masyarakat secara turun temurun memberikan nama candinya bernama candi Lumbung. (Sumber: bapak Jumat, Juru pelihara candi Pendem, masa bakti 34 tahun, meneruskan jejak kakek dan ayahnya).