“Oh tidak, mereka memperbaiki sore ku.”
“Oh ya? Bagaimana ceritanya?”
“Sebelumnya perkenalkan, namaku Aldo.”
“Kania.”
Dan sore ini matahari tenggelam tepat waktu. Penyelasan hilang pelan-pelan, berganti rasa syukur yang memuncak ke langit-langit. Biarkan saja kapal di pantai sana terisi orang lain. Mungkin keluarga nelayan yang jarang makan enak. Di sini di bawah tatapan cakrawala yang memerah, kami menghabiskan senja bersama, menjalani rencana Tuhan yang Ia buat sesempurna mungkin untukku, bicara tentang cinta dan tertawa renyah berempat bersama debar-debar hati yang baru. Dan satu lagi, sudah kubilang, hari sial itu tidak ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H