Oh, jadi namanya Kania.
“Memang tadi Oma bercerita apa?” Tanya Kania, masih dengan tatapannya yang begitu meneduhkan.
“Oma bicara tentang harga ikan yang mahal di pasar tadi Kania.”
“Opa?”
Si kakek tak langsung menjawab, tapi akhirnya ia bicara, “Sama, kebetulan sekali ya, meskipun tidak mendengar Oma, Opa juga bicara tentang ikan yang kecil-kecil di dapur.”
Aku tidak tahan untuk tertawa. Tiba-tiba suasana hening. Ternyata mereka bertiga sudah menoleh ke arahku.
“Ada yang lucu?” Kania nampak sedikit kaget dan bingung mungkin, ada orang aneh yang tiba-tiba menyela percakapan mereka dengan tawa yang menyebalkan.
Aku beranjak, menghampiri mereka bertiga, “Maaf, maaf. Saya tidak bermaksud. Saya cuma mau bilang, kamu punya kakek nenek yang luar biasa,” kataku pada Kania.
Kania menatap kakek neneknya bangga. “Memang.”
“Sebenarnya dari tadi saya menjadi saksi perbincangan mereka, dan apa yang mereka bicarakan lebih dari sekadar masalah ikan di pasar atau di dapur,”lanjutku.
Wajah kakek berubah masygul.