“Memang sih rasanya pasti kurang mantab. Tapi aku janji Pa, berapapun harganya, di saat hari ulang tahunmu aku akan masakkan ikan besar yang enak itu.”
“Aku mencintaimu.”
“Hahaha... aku juga heran kenapa harga ikan itu bisa begitu mahal. Padahal ikan ciptaan Tuhan, harusnya gratis kan?”
“Aku mencintaimu.”
Aku mengernyitkan kening, ada yang tidak beres dengan percakapan mereka.
“Oma, Opa...”
Seorang gadis yang... kuakui, manis, berlari menghampiri kakek nenek itu.
“Alat bantu dengarnya ketinggalan.”
Lembut, suaranya begitu lembut. Tingkah lakunya juga. Senyumnya berbeda dengan senyum perempuan manapun. Menenangkan.
Kakek nenek itu menghentikan percakapan, lalu mendongak bingung ke arah si gadis. Dengan telaten gadis itu memasangkan alat bantu dengar ke nenek kakeknya.
“Hahaha, terimakasih Kania. Pantas aku tadi tidak dengar Opamu bicara apa. Jadi aku terus-terusan bercerita sesukaku.”