Tak berapa lama suara di ujung telpon berubah.
“Kamu Aldo temannya si Kribo ya? Katanya kamu bisa lunasi semua hutang si Kribo. Sini cepat bayar totalnya delapan juta!”
Delapan juta buatku bukan perkara sulit. Tapi aku tidak ada waktu ke sana.
“Transfer aja ya, Bang?”
“Nggak, nggak ada transfer-transferan. LUNAS-CASH-TUNAI! Saya tunggu sampai jam empat. Lewat semenit saja. Siap-siap teman kamu jadi sate.”
Argh, dasar si Kribo. Selalu menyusahkan. Tapi kalau dulu tidak ada dia, mungkin aku juga sudah mati dikeroyok preman terminal.
Juwita, maafkan aku.
“Oke, Bang , saya ke sana sekarang.”
Selesai urusanku dengan si Kribo dan dept collectornya, aku segera memacu kendaraan ke rumah Juwita.
Kuharap matahari hari ini mau sedikit berbaik hati dan menunda jam tenggelamnya.
Sepi.