Aku merasa, otakku bekeja sangat lambat.
Meningat2 saja, susah sekali. Sampai berkerut dahiku, tetap saja ingatanku lelet.
Aku ingat, sewaktu aku dalam gelombang perceraian. Aku sangat terpuruk. Sehingga, orang tuaku membawa aku dan kedua anak2ku untuk berdiskusi dengan seorang psikoloq. Mungkin, ada 5 atau 6 bulan, kai berada dalam pengobaatan psikis.
Aku diberi obat penenang, Xanax 25 mg. Aku dimina minum obat ini jika merasa down. Dimanapun itu, supaya aku bisa tenang.
Dan, waktu itu bisa minum obat itu 2x sehari. Tatpi ternyata, ujung2nya otakku itu menjadi lelet. Benar2 aku ingat, ketika hari kerja saat itu, biasanya aku bisa membereskan jawaban surat2 sampai setumpuk tebal, serta menulis laporan tebal untuk atasan2ku,
Tetapi setelah aku minum obat itu, iya aku memang menjadi tenang, tetapi otakku leletnya minta ampun! Bahkan, 1 lemar surat pun aku tidak bisa membalasnya!
Astaga!
Sejak aku sadar bahwa, mungkin karena obat penenang itu, ketika jadwalku ke psikoloq itu, aku dengan tegas tidak mau menerima resep obat penenang itu. Sehingga, aku hanya diminta istirahat jika aku merasa down.
Hasilnya?
Ya, otakku menjadi normal, bisa melakukan yang biasa, walau efeknya perasaanku tentang perceraianku kian bertumpuk. Efeknya lagi adalah, aku bekerja keras sekali untuk melupakan semuanya! Keras sekali!
***