"Sangat jelas lagi, Bu?" respon ibu yang satunya.
"Sangat jelas Bu'. Bahkan terlihat sangat cantik."Â
Dalam hati aku bergumam, "Make_up nya tidak luntur?"
"Kok bisa gitu yaa?" tanya ibu yang lain.
"Hei. Kudengar, mayat Rea hilang."
Bulu kudukku langsung berdiri. Tegang. Kenapa dia bisa tahu?
"Karena Rea sangat sering nampak, Pak Zaenal, ayahnya Rea, menyuruh membuka kuburannya. Namun, tidak didapati apapun meski itu hanya tengkorak. Atau bahkan, bau busuk juga tidak ada."
Tidak mau mendengar lagi, aku segera pulang ke rumah Dono. Kalau sampai malam itu ada yang melihatku ketika mengambil mayar Rea, lalu memberitahu Pak Zaenal, entah bagaimana nasib leherku.
***
Malam makin meninggi, bulu kudukku makin merinding. Di luar kesadaran, aku masuk ke kamar Dono lalu memeluknya dari belakang. Bagaimana tidak! Dari tadi pintu selalu diketuk-ketuk entah oleh siapa.
"Apasih Nin!" kesal Dono.