Sore menghadirkan senja, semburat jingga mendamaikan jiwa. Senja yang  tak pernah ingkar janji seperti  ucapnya  suatu waktu "Aku adalah senja yang sama, senja yang tak berani mengucapkan selamat tinggal. Senja yang selalu menolak pergi meski dihalau paksa oleh waktu.
" Aaah..senja memang syahdu dan memabuk kan, selalu dan selalu jatuh cinta pada senja yang merona. Â Kareyna menghela nafas panjang dengan mata terpejam. Sekelebat angan nya melayang.
Kareyna masih  berbalut mukena ketika tubuhnya terhuyung membentur dinding mushola di ruang tengah, hempasan tangan kekar Herlambang suaminya begitu kuat menolak kala diajaknya menjadi imam sholat
. "Kamu sholat sendiri memangnya gak bisa? Lagian buat apa kamu jungkat jungkit seharian ? Gak guna!" Ujarnya sengit.
 Di lain waktu baju baju yang tertata rapi dilemari berhamburan dilantai. Dengan kasar Herlambang berteriak pada Kareyna yang berdiri dibelakang nyaÂ
"dimana kau simpan uang belanja? Kau belanjakan apa, Kenapa cepat sekali habis hah?"
Pertanyaan beruntun suaminya tak membuat Kareyna terpancing emosi. "Sabar Ayah, biar Mama jelaskan!"
Herlambang melenguh kesal sambil berkacak pinggang  memunggungi istrinya, ia membungkam menanti penjelasan.
"Mama dapat kabar dari Tante Henna jika ibu sedang gak enak badan, mungkin ibu perlu ke dokter ,butuh beli vitamin atau ingin makan makanan kesukaanya , jadi Mama kirim sedikit uang untuk Ibu, maafin jika Mama tidak ijin dulu ke Ayah!"
"Ibu lagi ibu lagi ! Si Henna kan lebih kaya dari kita, dia mampu menghidupi ibumu tanpa kiriman uangmu. Kenapa keluargamu selalu merepotkan kita. Kapan kita akan kaya jika selalu membantu mereka?
Puas memuntahkan kekesalan, Herlambang membalikan badan berjalan cepat tanpa memperdulikan Kareyna yang masih berdiri mematung. Airmata menganak Sungai  menderas menjawab perlakuan suaminya.