Ping, tak menunggu lama  terdengar balasan pesan masuk
 "gak papa Ma, nanti adek pulang beli nasi goreng pete buat berdua, atau Mama ingin makan lainya?"
"Boleh dek ,punya Mama yang pedesan yah, terimakasih " Â Pinta Kareyna berharap pedesnya nasi goreng pete sedikit mengurangi pening dikepalanya.
Kareyna sangat bersyukur kedua putra putrinya sangat sayang dan pengertian. Keduanya memang  ia dan suami mendidik secara demokratis dan hangat  penuh kasih sayang. Mereka sekarang berstatus mahasiswa mahasiswi semester akhir di dua universitas favorite berkat beasiswa .
Berjibaku dengan tugas kampus yang padat, mereka membagi waktu dan tenaga dengan mengambil job partime. Dewa sang  kakak menerima les bimbel door to door sedang adiknya Nadia menjadi pelayan di sebuah restoran cepat saji. Bahkan bulan depan si bungsu sudah mulai magang di perusahaan BUMN terkemuka. Kehidupan rumah tangganya bisa dibilang sempurna.Â
Semua berubah ketika tabiat dan sikap sang Ayah tak selaras perkataan serta hadirnya cinta ketiga.Â
Ikatan sakral perkawinan jangan menjadikan mu budak, jika syariat dan norma norma perkawinan sudah tak mampu diterapkan , kabahagiaan tak lagi dalam genggaman, perceraian adalah jalan kemerdekaan.
Kareyna perempuan penurut dan manut. Dia pendam sendiri semua persoalan dalam rumah tangganya, pun terhadap ibunya sendiri.
Dia berprinsip manis pahit kehidupan rumah tangga adalah hal wajar yang ditanggung dan harus diatasi sendiri.
Hingga semesta mengamini doa Kareyna yang ia langitkan ditiap sepertiga malam. Takdir merubah jalan hidup Kareyna . Tuhan mengirimkan seseorang dengan caraNYA ketika kedua anaknya sudah bekerja dan memberi restu pada sang Bunda untuk menjemput bahagia.
Petang melukis gradasi temaram. Sang mata dewa beringsut luruh dalam dekapan malam.