Mohon tunggu...
Biyanca Kenlim
Biyanca Kenlim Mohon Tunggu... Pekerja Mıgran Indonesia - Yo mung ngene iki

No matter how small it is, always wants to be useful to others. Simple woman but like no others. Wanita rumahan, tidak berpendidikan, hanya belajar dari teman, alam dan kebaikan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Meniti Senja di Sakarya Akyasi

27 Maret 2024   12:21 Diperbarui: 27 Maret 2024   14:02 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore menghadirkan senja, semburat jingga mendamaikan jiwa. Senja yang  tak pernah ingkar janji seperti  ucapnya  suatu waktu "Aku adalah senja yang sama, senja yang tak berani mengucapkan selamat tinggal. Senja yang selalu menolak pergi meski dihalau paksa oleh waktu.

" Aaah..senja memang syahdu dan memabuk kan, selalu dan selalu jatuh cinta pada senja yang merona.  Kareyna menghela nafas panjang dengan mata terpejam. Sekelebat angan nya melayang.

Kareyna masih  berbalut mukena ketika tubuhnya terhuyung membentur dinding mushola di ruang tengah, hempasan tangan kekar Herlambang suaminya begitu kuat menolak kala diajaknya menjadi imam sholat

. "Kamu sholat sendiri memangnya gak bisa? Lagian buat apa kamu jungkat jungkit seharian ? Gak guna!" Ujarnya sengit.

 Di lain waktu baju baju yang tertata rapi dilemari berhamburan dilantai. Dengan kasar Herlambang berteriak pada Kareyna yang berdiri dibelakang nya 

"dimana kau simpan uang belanja? Kau belanjakan apa, Kenapa cepat sekali habis hah?"

Pertanyaan beruntun suaminya tak membuat Kareyna terpancing emosi. "Sabar Ayah, biar Mama jelaskan!"

Herlambang melenguh kesal sambil berkacak pinggang  memunggungi istrinya, ia membungkam menanti penjelasan.

"Mama dapat kabar dari Tante Henna jika ibu sedang gak enak badan, mungkin ibu perlu ke dokter ,butuh beli vitamin atau ingin makan makanan kesukaanya , jadi Mama kirim sedikit uang untuk Ibu, maafin jika Mama tidak ijin dulu ke Ayah!"

"Ibu lagi ibu lagi ! Si Henna kan lebih kaya dari kita, dia mampu menghidupi ibumu tanpa kiriman uangmu. Kenapa keluargamu selalu merepotkan kita. Kapan kita akan kaya jika selalu membantu mereka?

Puas memuntahkan kekesalan, Herlambang membalikan badan berjalan cepat tanpa memperdulikan Kareyna yang masih berdiri mematung. Airmata menganak Sungai  menderas menjawab perlakuan suaminya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun