Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Bloody Chantal

30 Agustus 2021   17:56 Diperbarui: 31 Agustus 2021   00:15 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: lifestyle.okezone

Penglihatan

Chantal telah menyiapkan beberapa kayu untuk membakar Britney supaya ia dapat segera mampus dalam kobaran api yang panas. Britney mencari celah dari kerangkeng yang mengurungnya. Ia berusaha keluar dari sana dan melarikan diri dari boneka setan itu. Perasaan Britney campur aduk kala itu. Ia mungkin sebentar lagi akan merengang nyawa. Dalam perasaan takut tanpa akhir itu, tiba – tiba Britney mengalami sebuah penglihatan dan dibawa pada sebuah era Sembilan belas lima puluhan.

Saat itu setiap penduduk mengenakan celana cutbray dan para pria memelihara rambut dan jambang mereka yang gondrong. Seorang gadis kecil dengan rambut kepang dua mengenakan dress berwarna hijau sambil tangan kirinya menggendong sebuah boneka imut. Kelihatannya ia sangat menyukai boneka itu, karena beberapa kali ia memeluk dan mencium boneka itu. Anak itu terus saja menggendong boneka yang disukainya dan menaiki tangga untuk menuju kamarnya, kemudian meletakkannya sebentar di atas tempat tidurnya. Anak itu mengambil sarung tangan dari dalam lemari dan mengenakannya. Saat itu udara sangat dingin, anak itu terlihat kedinginan, kemudian ia mengambil syalnya yang berwarna merah dan melingkarkan di lehernya.

“ Keisyaaaa. Apakah kamu sudah siap. Ayo sayang, turunlah segera. “  Ucap suara dari lantai satu, sepertinya suara itu adalah suara ibunya.

Saat Keisya berbalik, boneka itu tengah berdiri di atas tempat tidurnya dan memegang kedua ujung syalnya. Boneka itu mencekik Keisya. Wajah Keisya membiru dan memucat. Ia berusaha melepaskan tarikan syal yang dilakukan oleh boneka pembunuh yang mirip sekali dengan Chantal. Keisya meregang nyawa di kamarnya, ia telah dihabisi oleh boneka yang bisa bergerak dan terlihat hidup. Seketika ada aura yang tersedot keluar dari tubuh Keisya dan masuk ke dalam boneka laknat itu. Sekonyong – konyong, boneka itu menjadi awet muda dan berseri. Ia mengeluarkan cahaya berkilauan. Cahayanya memantul – mantul melalui cermin kecil di kamar Keisya. Boneka itu menyeringai puas atas apa yang telah dicapainya.      

"Akishtagusaba jikasamatakasu shibadithagitanakama suytkiudkidntun. " Teriak boneka itu mengucapkan mantera aneh.

Dalam penglihatan itu, Keisya mengalami penyedotan seluruh energi dari dalam tubuhnya. Ia terlihat mengeriput, dagingnya seolah tersedot sehingga meninggalkan kulitnya saja. kemudian boneka yang diberi label Vivian di tengkuknya itu mulai turun dari tempat tidur dan merangkak menuju pintu kamar dan perlahan menuruni anak tangga. Ia menuruni anak tangga perlahan. Anak tangga yang dilapisi karpet merah sungguh mengganggu bagi Vivian. Boneka ini merasa aneh dengan warna merah. 

Sehingga ia segera meluncur dari setiap anak tangga. Akhirnya ia sampai juga di lantai satu. Sambil melihat ke arah kanan dan kiri, Vivian mulai menuju kepada seorang wanita muda dan seorang pria yang sedang duduk di ruang santai. Vivian menarik kabel yang terletak dibawah rak buku. Perlahan ia mengendap ke belakang kedua pasangan itu dan melayangkan kabel telanjang yang terkontak dengan aliran listrik ke leher pria dan wanita itu.
" gijhyguthbbjjiikjjuht hyuktsakamanabu jakiyjtannakasidtigj nhyukrakshjituk " teriak Vivian kembali melancarkan mantera – mantera kuno.

Vivian kembali terlihat awet muda dan terlihat berseri - seri. Kulit kedua pasangan itu seketika mengeriput, seluruh daging mereka tersedot dan menyisakan kulit saja. Setelah puas mencapai keabadian Vivian kali ini mampu berdiri tegak, kemudian ia keluar melalui jendela. Dengan jari - jari kecilnya ia mengangkat dua jerigen berisi bensin. Ia menyiram bensin ke rumah itu dari ujung ke ujung sambil tersenyum puas. Dengan bangganya ia menyalakan korek api dan blesssssssssssss, seketika rumah itu dilalap si jago merah. Saat lidah - lidah api sedang menyala. Vivian merangkak melewati pohon yang terletak di depan rumah dan membaringkan tubuhnya di samping tempat sampah. Para tetangga di kompleks itu keluar dan berlari menuju rumah itu dan mengetuk pintu rumah yang dilalap api. Tidak ada balasan suara dari dalam rumah.

" Sepertinya mereka, sudah terbakar. " Tukas seorang ibu yang menitikan airmata sambil menggenggam tangan putrinya dari seberang rumah itu.

Putri kecilnya melepaskan genggaman ibunya, kemudian berjalan mendekati rumah yang terbakar itu.
" Sayang, apa yang kamu lakukan? " Tukas ibu itu sambil mengejar putrinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun