Mohon tunggu...
Tirto Karsa
Tirto Karsa Mohon Tunggu... Buruh Pabrik -

"Hidup hanya senda gurau belaka"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hakim dalam Senyap

2 Oktober 2018   16:24 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:31 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kau sekeras aku rupanya." Ayahnya tersenyum. " apa kamu kuat menghadapi gunjingan masyarakat mengenai kehamilanmu?" 

" Tidak akan ada yang tahu jika Ayah atau ibu tidak cerita ke mereka. Hanya kita dan dokter yang tahu yah." Rina mencoba meyakinkan ayahnya. 

" Nampaknya kamu belum tahu Na. Tadi pagi, Masmu bersama teman-temannya datang ke rumah Toha dan kemudian memukulinya. Dia berpikir dengan begitu dapat membela kehormatan keluarga Kita." Ayahnya melirik ibunya. " Begitulah hasilnya jika kita bertindak dengan emosi."

" Berarti kalian telah mengumumkan kehamilanku kepada semua orang?" Rina menatap ibunya dan menangis.

Ayahnya segera datang menghampirinya. Dia duduk disamping kepalanya sambil membersihkan darah dari hidung yang terus mengalir.

*** 

"Jika aku tidak mau pak?" Rina mendongakkan kepalanya.

Rozi tampak bingung, dia pejamkan matanya cukup lama. " Maka kamu akan menerima surat ini Na." Rozi menyodorkan satu surat lain dengan amplop yang berbeda. Tangannya gemetar ketika menaruh surat itu di atas meja. "Isi surat ini sangat berbeda dengan surat yang pertama. Disini secara jelas menyatakan bahwa kamu dikeluarkan dengan tidak hormat." Rozi memberikan penekanan pada saat melafalkan kalimat "dikeluarkan dengan tidak hormat". "Aku berharap kamu tidak memilih surat yang ini Na." Rozi memalingkan mukanya dari Rina.

" Keputusanku sudah bulat pak, aku tidak ingin menggugurkan kandunganku." Rina memutar-mutar gawainya. " Aku berharap ini pilihanku yang terbaik pak."

Rozi tersenyum. " Aku sudah menduganya. Itu yang membuatku semalam tidak pulang. Aku yakin kamu akan mengambil pilihan ini. Tetapi aku akan merasa sangat bersalah jika kamu memilihnya."

" Maafkan aku pak, keputusanku sudah bulat." Ucap Rina tegas. " Lagi pula, seandainya aku mengambil pilihan yang pertama. Tentu itu tidak akan memperbaiki keadaan. Mereka semua sudah mengetahui kalau aku hamil dan dikeluarkan dari sekolah. Teman-temanku akan menggunjingkanku ketika aku datang ke sekolah." Rina terisak. "Aku wanita bejat. Aku tahu dari banyak status mereka di facebook, whatsapp, line dan instagram. Sekarang tidak hanya teman sekolahku yang tahu kondisiku, tetapi seluruh kecamatan atau bahkan seluruh negeri." Suaranya tertahan oleh tangisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun