Mohon tunggu...
Tirto Karsa
Tirto Karsa Mohon Tunggu... Buruh Pabrik -

"Hidup hanya senda gurau belaka"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hakim dalam Senyap

2 Oktober 2018   16:24 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:31 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencana untuk mengakhiri hidupnya telah memuncak, sampai pada detik itu saat dia memberanikan diri untuk menyandarkan kepalanya ke Pundak Rozi. Dia berpikir kalau hidupnya telah berakhir dan   hanya ingin mengulur waktu beberapa saat untuk bersama dengan keluarga yang benar-benar dengan tulus menyayanginya. Tidak seperti ibunya yang hanya mengharapkan kebaikan darinya.

Dia merasa sangat bersalah jika membiarkan Rozi merasa tidak mampu membantunya. Dia ingin berterima kasih atas upaya Rozi selama ini untuk membantunya. Diapun berulang kali mengucapkan syukur atas karunia Tuhan. Dia merasa Rozi adalah sosok malaikat yang dikirim Tuhan untuk melindunginya. Hanya saja, mengapa selama ini dia merasa Jijik pada Rozi? Apakah karena semua orang mengatakan kalau Rozi sebagai anak seorang pelacur? 

Rozi adalah anak dari adik ibunya yang ditinggal mati suaminya saat Rozi masih bayi. Untuk menghidupi anaknya, Ibunya Rozi rela menjajakan tubuhnya untuk lelaki di Desa sampai pada suatu hari dipergoki oleh salah seorang penduduk desa dan kemudian diusir dari desa. Ibunya kemudian pergi ke kota dan menjadi Pelacur di sana. Sejak saat itulah, keluarga Rina memutus hubungan kekerabatan dengan keluarga Rozi. Bahkan menganggap Rozi sebagai anak sampah yang tak patut untuk dianggap keluarga. Mungkin selama ini Rina terbawa oleh pandangan itu. Rina menangis, merasa kalau dia telah salah menilai Rozi.

" Sudah bolehkah aku bercerita?" Rozi mengangkat kepala Rina. Rina menganggukan kepala. " Tetapi tidak di sini, aku akan menceritakan semuanya setelah kamu mau bersamaku pulang ke Rumahku. Aku akan menampungmu di Rumahku. 

Rina kaget, dia mendongakkan kepala. " Biar di sini saja." Rina tidak ingin rencananya untuk mengakhiri hidup setelah balik dari sekolah gagal.

" Ayo, ikut aku." Rozi memaksa dan menarik tangan Rina. 

Rumah Rozi, cukup mewah bila di banding dengan rumah di sekitarnya. Sejak Rina kecil, sama sekali dia tidak pernah menginjakkan kaki di Rumah itu. Biasanya ketika lewat rumah itu, Rina hanya memandang dari kejauhan sambil meludah di sisinya. Dia selalu berpikir bahwa rumah Rozi adalah rumah setan, yang tidak patut untuk dikunjungi. Tapi semua itu sudah tidak penting sekarang, Rina sudah jauh lebih buruk dari setan. Mungkin dia sekarang telah sama seperti Ibu Rozi, sama pelacurnya.

" Silahkan duduk!" Rozi mendudukkan Rina di Sofa. Tidak berselang lama, Agni istri Rozi datang menghampiri Rina. " Owh, ini Rina. Rozi selalu menceritakan tentangmu. Kamu memang cantik, secantik ibumu. Matamu biru layaknya nenekmu." Agni mencium kening Rina.

" Aku bukan lagi bunga yang indah. Aku bunga yang telah dipetik dan kemudian dibuang." Jawab Rina ketus. Rina masih jijik dengan Agni, di desa Agni terkenal sebagai salah satu biang kerok atas perceraian dan rusaknya puluhan rumah tangga masyarakat desa. Agni selalu datang ke rumah perempuan yang bermasalah dengan suaminya untuk menawarkan bantuan hukum sehingga mereka bisa menceraikan suaminya. 

" Ah, kau pasti sudah banyak mendengarkan cerita tentangku." Agni melirik Rina. 

Rinapun kaget karena serasa Agni telah membaca pikirannya. " Bukan, Bukan, aku tidak berpikir demikian. Tapi kamu memang sering dibicarakan di desa. Terakhir namamu sangat terkenal ketika berhasil membuat Yai Ahmad masuk penjara karena menampar istrinya. Semua orang mengutukmu saat itu." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun