Mohon tunggu...
Tirto Karsa
Tirto Karsa Mohon Tunggu... Buruh Pabrik -

"Hidup hanya senda gurau belaka"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hakim dalam Senyap

2 Oktober 2018   16:24 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:31 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Owh ya? Wah, sepopuler itukah diriku?" Agni tersenyum bahagia. " Kamu kalau butuh apa-apa ambil saja di kulkas. Maaf, aku tidak memasak." Agni duduk di samping Rina sambil memainkan gawainya.

Rina merasa benar-benar canggung dengan keluarga gila ini. Suaminya sangat baik, istrinya tidak karuan tingkahnya, ibunya mereka seorang pelacur. Mereka sama sekali tidak takut dengan kutukan ataupun pandangan miring orang sekitarnya. Rina mulai merasa berkumpul bersama dengan orang yang senasib dengannya, merasa nyaman bersamanya.

Rozi datang dengan kaos warna biru. Setelah mandi, dia tampak lebih baik dari sebelumnya. Rambutnya rapi dan mukanya bersih, tidak sekusam saat di sekolah. " Hei, masih ingin mendengarkan ceritaku?"

Rina mengangguk.

" Dulu aku punya seorang sahabat sejak lahir." Rozi menunjukkan foto bayi kembar yang ditaruh di atas televisi. " Dia lahir bersamaku, di hari yang sangat panjang. Hari yang melahirkan generasi penerus dan akhir dari generasi sebelumnya. Karena pada hari yang sama, Ayahku mengalami kecelakaan sehingga kemudian membuatnya menghembuskan napas terakhir." 

" Bukankah kalian kembar?" Rina berdiri menghampiri foto dua orang bayi itu.

 " Bisa dibilang begitu, tetapi sejatinya kami lebih dari saudara. Dialah satu-satunya temanku sampai lulus SMP. Saat itu tidak seorangpun mau bermain dengan kami karena citra buruk Ibu kami." Rozi tersenyum. "Beruntung keluarga Almarhum Ayahku cukup mapan ekonominya. Sehingga membuat kami tidak perlu ke jalan untuk mengemis belas kasihan."

" Ibumu bukan pelacur?" Rina kaget.

" Dulu banyak masyarakat desa yang merasa terancam dengan keadaan ibu yang janda. Faktanya, hampir semua lelaki di desa sekitar sini selalu mencari kesempatan untuk mendekati ibuku. Sampai suatu hari, ibuku di tuduh menggoda salah seorang suami penduduk desa dan kemudian di arak keliling kampung." Rozi berhenti seolah mencoba untuk mengingat sesuatu. " Kakek dan nenekku dari Ayah kemudian mengetahui hal itu, mereka kemudian datang ke desa dan menjemput ibuku. Untuk diajari mengelola bisnis mereka. Sedangkan aku dan kakakku ditinggal di desa bersama dengan seorang perawat. Kamu pasti kenal dengan perawat kami, mbok Jinah. Dia juga yang seharusnya merawat dan membesarkanmu." Rozi berdiri seolah mencari pegangan yang dapat digunakan untuk bersandar. 

" Iya, dia tetangga samping Rumahku. Dia sering menjenguk dan merawatku saat sakit setelah kepergian ibu dan bapakku ke Malaysia." Rina semakin penasaran.

" Saat masuki jenjang SMA, kami diminta ibu untuk pindah ke kota. Namun kakakku, diam-diam jatuh hati dengan Rohman. Anak tertua dari keluargamu, sehingga dia tidak mau meninggalkan desa. Dia ingin tetap tinggal biar bisa tetap dekat dengan Rohman, walaupun cintanya tanpa balas." Rozi meminum air putih yang dihidangkan oleh istrinya dengan sekali tegukan. " Puncaknya, ketika malam perpisahan SMA mereka. Kakakku mencari kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Rohman. Dia meminta Rohman untuk datang ke Rumah ini. Di sinilah dia mengungkapkan isi hatinya." Rozi mulai meneteskan air mata. " Namun nampaknya, Rohman hanya menyukai tubuh kakakku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun