" Aku yang membelikannya Qin."
" Untuk apa?"
" Untukmu berlatih pidato sebagai dai kecil."
" mengapa harus menggunakan cermin Yah latihannya"
" Dahulu para pemimpin kita melakukannya dan mereka berhasil menjadi pembicara di depat khalayak umum."
" Mengapa gedhe banget Yah?"
" Itu sesuai perhitungan fisika Qin. Agar kamu dapat melihat sekujur tubuhmu dalam cermin, minimal ukuran cermin harus separuh dari tubuhmu. Itu gak gedhe."
Roziqin, tidak begitu mengetahui maksud ayahnya. Dia hanya tahu, bahwa ayahnya membelikan cermin untuk latihan berpidato. Sejak saat itu pulalah, Cermin dari Ayahnya seringkali menemaninya saat dia ingin berpidato di acara, organisasi dan audien yang berbeda.
*** Â Â
Roziqin melanjutkan pidatonya, " Pelatihan ini merupakan awal dari pendidikan panjang anda di organisasi kita tercinta, sehingga nanti anda semua dapat menjadi seorang yang tangguh dalam menghadapi tantangan jaman." Roziqin mencoba menata suaranya kembali. " Seorang pemuda harus siap menghadapi perubahan dan di sini kita akan menjadi perintis dari perubahan itu". Suaranya terdengar sangat membara penuh gairah.
" Qin, Jangan keras-keras! Nanti bisa didengar tetangga. Jangan sampai mereka menganggap kita gila." Istrinya, zahro' terbangun dari tidurnya.Â