" Baik cantik." Roziqin mendekat pada zahro'. Dia cium kening istrinya sambil mengelus rambutnya dan kemudian melanjutkan pidatonya. " Perubahan harus dimulai dari diri kita. Mulai dari hal kecil yang ada dalam diri kita dengan membiarkan diri menggerus kepentingan pribadi kita dan mengutamakan kepentingan umum." Kini suaranya tidak seperti sebelumnya yang membara.Â
Roziqin merasa haus. Dia berhenti sejenak untuk mengambil air minum dari morong dekat tempat tidur istrinya. Dalam perjalanan menuju tempat tempat morong yang jaraknya hanya sekitar sepuluh langkah, tiba -- tiba tubuhnya lemas. Dia mencoba menjaga agar tubuhnya tetap seimbang.
Dia benar-benar kehilangan tenaganya, pandangan matanya terasa kabur. Kaki kirinya kehilangan tenaga. Kaki kanannya menyusul dan tubuhnya terasa oleng. Matanya gelap dan suara jangkrik yang terdengar merdupun lenyap dari pendengarannya.
***Â
Dengan membawa dua buah minuman coklat di tangannya, Reza mendatanginya usai kelas pengantar ekonomi pembangunan.Â
" Harusnya, kau tidak sendirian di sini qin."Â
" Aku rasa, ini tempat terbaik untukku za. Ada apa za, kok tumben kamu menyempatkan bicara denganku?"
Reza menyodorkan salah satu minumannya pada Roziqin. "Aku tadi membelinya di kantin."
" Terima kasih." keduanya saling berdiaman.
" Aku dengar kamu dulu pernah menjadi juara Da'i. Apakah itu benar qin?"
" Sudah lama itu za. Mana aku ingat."