Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Move On 12", Masih Membungkam

1 Mei 2018   23:42 Diperbarui: 2 Mei 2018   00:39 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://harsonosapuan.blogspot.co.id/2010/?m=1

Mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal hingga bunyi tawanya terdengar sampai keluar. Teman-temannya mendengar dan penasaran. Sapar dan Susi mengguncing cukup lama. Kopi yang dibuat mereka sedang ditunggu, tapi karena saking asyiknya ngobrolin tentang Sinta, mereka pelan-pelan membuat kopi. Parto menyeru dari depan sehingga mereka tergesa-gesa. 

"Ayo cepet-cepet, Sus. Nanti Parto ngamuk," kata Sapar. 

"Iya. Dia mabok kalau telat ngopi," jelas Susi. 

Sinta menampakkan kebingungannya di hadapan teman-temannya. Ia merasa tak nyaman. Ia jalan ke depan gerbang rumah Sapar. "Aku mau cari angin dulu, di sini gerah," tukasnya berlalu. Sambil jalan tangannya memetik bunga yang ditanam di pot. Lalu ia menciumi bunga itu. 

"Lihat Sinta, sepertinya dia resah," seru Parto yang masih memegang not-not gitarnya. 

Sapar yang sedang membawa kopi pun melihat Sinta keluar gerbang, ia langsung menaruh kopinya, dan ia menyeru. "Ta, mau ke mana?" tanyanya sambil tangannya memegang pinggul. 

"Udah biarin aja," kata Parto. 

"Dia cuma cari angin, katanya," samber Parmin. 

"Ohhhh.. " Betapa bingungnya Sapar. Ia tidak bisa bayangkan sebelumnya bahwa Sinta bakal seperti itu. Yang ia tahu Sinta adalah wanita kuat, yang kerap memberi motivasi kepadanya. Bahkan sedang berkumpul pun biasanya Sinta lah yang paling keren bicaranya dan top. Berbeda dengan sekarang, Sinta lebih banyak menyendiri. Dan lebih sering meminta pulang duluan. 

     Susi datang membawa toples yang berisi makanan ringan. Ia heran, kok tidak ada sahabatnya. "Sinta ke mana, To?" tanyanya sedikit resah. Lalu Sapar menerangkan bahwa sahabatnya sedang mencari angin di luar. Dan ia memastikan Sinta kembali. 

"Kalian bully, ya?" Susi menuduh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun