Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Move On 12", Masih Membungkam

1 Mei 2018   23:42 Diperbarui: 2 Mei 2018   00:39 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://harsonosapuan.blogspot.co.id/2010/?m=1

"Nggak mesti juga sih. Tergantung Sugihnya. Kalau dia menemukan wanita lain---yang setidaknya bisa lebih dari Sinta, mungkin dia pacarin wanita itu. Tetapi kalau tidak ada lagi yang seperti Sinta, mungkin dia akan memilih balikan lagi dengan Sinta."

Parto malah merusuhi suasana obrolan serius itu dengan gitarnya. Parmin sedikit geram: hampir tangannya reflek menyentuh gelas di meja. "Ha-ha-ha," Parto tertawa terbahak-bahak. Tetapi Sapar malah menggaruk-garuk rambutnya. Tidak seperti Sutejo, dia tetap tenang. 

"Wah, rese kamu, To," Seru Parmin. 

Di warung makan, mata Sinta menengok-nengok ke jalan, sampai ia tak semaur ditanyakan pedagang: mau pesan apa? Susi menepuk lengannya, ia baru sadar. Ia tersenyum dan meminta maaf kepada Susi. Namun terus saja ia menengok ke jalan. 

"Lagi ngeliatin apa sih?" tanya Susi membuatnya panik. 

Pikiran Sinta kala itu tertuju pada Sugih. Kiranya, Sugih sedang mencarinya. 

Setiap suara motor yang mirip dengan suara motor Sugih, ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Lagi-lagi pengendara motor yang ia lihat bukan Sugih. Ia garuk-garuk rambutnya. Dia berdiri di luar warung, tangannya sambil memegang tiang lampu. Susi memanggilnya, dia cuma menjawab: sebentar, lagi cari angin. Hingga pesanan makanannya selesai dilayani. 

"Sugih gak mungkin deh, lewat," sindir Susi. 

Makanan yang ditenteng Sinta jatuh.  Ia kegugupan lantaran tingkahnya ditebak. "Siapa juga yang lagi nunggu Sugih," celetuknya pura-pura santai.  Ia selalu berusaha menutupi perasaannya.   

Semakin resah ketika dia sudah sampai di rumah Sapar. Ia membayangkan pria yang sedang ia harapkan cintanya datang dan bergabung. Hatinya masih kesepian sudah sekian lama. Bahkan makan pun rasanya tak enak. 

"Kenapa makananmu nggak dihabisin?" ceplos Susi yang lagi menikmati makanannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun