Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas (1)

13 Februari 2024   17:33 Diperbarui: 13 Februari 2024   17:43 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagogi (Dok. Pribadi)

Saya tidak akan melakukannya jika Anda tidak melakukan hal tersebut, dan yang terpenting, jika saya melarang Anda untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, pendidikan harus dipahami sebagai suatu tindakan pengetahuan tidak hanya tentang isinya tetapi  alasan-alasannya, fakta-fakta ekonomi, sosial, politik, ideologi dan sejarah. Yang terpenting, kita tidak boleh berpikir naif  hanya pendidikan yang akan berhasil mengubah tatanan yang ada; ini hanyalah salah satu dari berbagai bentuk intervensi politik-budaya.

Oleh karena itu, hal ini membayangkan keterlibatan yang serius dan sistematis dalam proses literasi, sebagai proyek politik-budaya yang membebaskan yang memberikan kunci, dari konteks, yang memungkinkan pembacaan kritis terhadap dunia dan pembicaraan. Ia berpendapat  pembacaan dunia dan bahkan praktik transformasi selalu mendahului pembacaan firman, dan pembacaan firman mengandaikan kelanjutan dari pembacaan firman sebelumnya. 

Dengan demikian, hal ini mengembangkan wacana alternatif di antara sektor-sektor yang paling dirugikan. Transformasi adalah sebuah proses di mana kita menjadi subjek dan objek, dan bukan sesuatu yang tidak dapat dielakkan.

Bagi Paulo Freire, literasi tidak pernah bisa menjadi momen pembelajaran formal untuk menulis dan membaca, atau semacam pengobatan yang berlaku bagi mereka yang membutuhkannya. Oleh karena itu, literasi kritis yang dikemukakan oleh Freire menjadi proses di mana masyarakat dan kelompok populer, mulai dari jagat kosa kata dan keprihatinan konkret mereka, melakukan kode ulang dengan mengambil posisi politik dan ideologis. 

Pemahaman mengenai kebudayaan sebagai ciptaan manusia, sebagai perpanjangan tangan yang dibuat oleh perempuan dan laki-laki, melalui karya mereka, atas dunia yang bukan mereka ciptakan, membantu menyelesaikan pengalaman tragis politik mengenai imobilitas yang disebabkan oleh fatalisme.

Individu dan kelompok menjadi kritis terhadap pengalaman mereka sendiri, terhadap fenomena yang tampak alami, terhadap struktur yang tampaknya tidak dapat diubah, dan terhadap jalinan hubungan yang menghasilkan makna. Pada akhirnya, ini adalah proses di mana kita mulai menghubungkan produksi makna baru dengan keacakan; Oleh karena itu, ini adalah metode yang perlu dimasukkan ke dalam tindakan sosial dan budaya yang lebih luas dibandingkan dengan literasi. Namun, ia menyadari  proses penyadaran ini tidak cukup untuk mencapai transformasi realitas. 

Dalam pengertian ini, bagi Freire, literasi adalah suatu tindakan pengetahuan kreatif yang mengklaim melampaui persepsi naif manusia dalam hubungannya dengan dunia, persepsi naif terhadap realitas sosial yang menampilkan dirinya sebagai yang lebih utama dan lebih unggul dari subjek dan subjeknya. tidak sedang dalam proses pembuatan; dengan demikian, kondisi yang diperlukan dapat diciptakan untuk menciptakan kembali realitas dan identitas pribadi dan sosial.

Dengan demikian, literasi menjadi kemungkinan untuk bergerak maju dalam rekonstruksi budaya dan kekuasaan, dalam arti memobilisasi dan mengorganisir kelompok sosial yang paling terpinggirkan, yang bertujuan untuk menciptakan kekuatan kerakyatan. Sebuah kekuatan yang tidak hanya perlu diambil tetapi  diciptakan kembali, dengan menciptakan kembali produksi, budaya, bahasa, penggunaan teori oleh massa rakyat dan kepentingan semua orang, bukan untuk mereproduksinya tetapi untuk mengatasinya. Penemuan kembali kekuasaan melibatkan pemahaman kritis terhadap kemungkinan historis yang tidak dapat ditentukan oleh siapa pun melalui keputusan. 

Penemuan kembali kekuasaan membuka jalan baru yang memungkinkan berkembangnya individu-individu yang berpartisipasi dalam konstruksi sosial lokal dan global sehingga mereka berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan, dalam kontrol dan pengawasan kebijakan publik, dalam penolakan untuk menyoroti Negara dalam kontradiksi-kontradiksinya; dan untuk memobilisasi lembaga-lembaga demokrasi sesuai dengan kegunaannya. Berpartisipasi berarti hadir dalam cerita dan bukan sekadar terwakili di dalamnya. Bagi kami, partisipasi rakyat bukanlah sebuah slogan melainkan sebuah ekspresi sekaligus jalan menuju perwujudan demokrasi di kota ini.

Untuk itu, literasi kritis, menurut Freire, terletak pada titik temu antara bahasa (bentuk produksi budaya tertentu), budaya (bentuk ideologis di mana suatu kelompok sosial menghayati keadaan dan kondisi kehidupan tertentu serta memberinya makna), kekuasaan ( latihan menyuarakan dan mengubah realitas) dan sejarah (sebagai apa yang ada dan sedang terjadi). 

Hal ini menegaskan adanya hubungan antara relasi kekuasaan, pengetahuan dan pengalaman konkrit. Dengan demikian, dari sudut pandang ini, literasi dapat memungkinkan laki-laki dan perempuan untuk menjalankan kewarganegaraan mereka dan dapat menjadi instrumen untuk memahami berbagai bentuk konfigurasi definisi budaya tentang gender, ras, kelas dan subjektivitas sebagai konstruksi sejarah dan sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun