"aku anter kamu "tiba tiba itu kalimat yang mampu keluar dari multku, seakan akan mengamini kepergiannya
"tidak usah, aku bisa pake ojek"
setelah itu aku tak  bisa mencegahnya, ku biarkan ia menyusuri jalan kampus, di pertigaan perpustakaan wajahnya tertelan.
semenjak itu juga aku tak pernah mendengar kabar tentangnya, bukan karena tak pernah mengabarinya atau mencari tahu tentang keberadaan dan jejak wanita itu, lebih tepatnya aku sudah kehilangan cara, teman teman nya yang aku tanyakan menjawab nihil, tak ada jawaban yang jelas, wanita itu sudah hampir 2 minggu absen kelas, tak pernah mengikuti matkul, entahlah segala macam pertanyaan ku panjatkan ke langit dan tuhan pun menjawab melalui peristiwa yang sakit.
malam itu purnama di taburi bintang, ribuan cahaya menstubuhi bandung, dalam getir kehampaan aku duduk merenung di salah satu dataran tinggi yang berada di sana, di antara putus harapku aku memutuskan untuk menenangkan pikiran, mempercayai pada alam semoga ia dapat menyembukan
di sana suasana begitu syahdu, petikan gitar dan lirik lagu yang yang di bawakan seorang penyanyi menyelip dalam relung malam menghangatkan pembuluh darahku, pelarian atas kenyataan ini cukup mengobati kendati dalam malam malamku yang kelam cuma aku dan kesendirian ku rindu kembali datang mengambil jatahnya
nada dering terdengar dari handphone ku, malas malasan aku menyentuh panggilan jawab tanpa melihat dari siapa
"hey" suara itu terdengar
butuh keseimbangan mendengar suara itu, suara yang mendamparkan ku kesini, suara yang membuatku rela menghabiskan sisa malam sekedar hanya untuk mengenang dirinya, mengenang wajahnya yang di terpa cahaya, mengenang pertemuan itu dan kemisteriusannya, mengenang tikungan senyumnya yang mampu meluruskan jalan hidupku,
aku membetulkan suara, berusaha terdengar baik baik sajaÂ
"kemana aja? " tanyaku langsung tak mau basa basi, aku yakin dia sudah mempersiapkan jawaban atas pertanyaan ku ini