"aku disini nggak pernah kemana mana"jawabnya dari seberang terdengar santaiÂ
"kenapa hilang?" aku bertanya suapaya dia sadar
"sebaiknya kita bicara sekarang kamu dimana?"
 aku menahan emosi, suaranya tanpa merasa bersalah dan baik baik saja setelah ketidak jelasan ini
"aku selalu di sini menunggumu, menanyakan kabarmu, mencarimu, tak ada jawaban atas kepergianmuyang terasa di telan bumi" setengah emosi ku tak mampu tertahan
"aku butuh waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya"
aku tertawa getir, dia mungkin mendengarku, tak peduli,
"menjelaskan semua ketidak jelasan ini maksudmu? menjelaskan bahwa aku memang tak pernah penting? meski aku bukan siapa siapa paling tidak beri kabar, kamu kira indah di perangkap rindu, sementara pertemuan belum menemukan kepastian" ucapku tak mampu mengendalikan emosiku
"kamu sudah bisa rindu sekarang, sudahlah setelah pertemuan ini aku yakin kamu akan menyesal pernah merindukanku" ucapnya seenaknya
"kamu dimana?" dia kembali bertanya
"cartil" jawabku malas
"baiklah aku sharelok" ucapnya telpon pun di tutup