Mohon tunggu...
Azmul Warid
Azmul Warid Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya warid, saya suka menulis membaca dan berdiskusi, sejak kecil saya suka dengan hal hal yang bernuansa dengan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warna Perjalanan

14 September 2024   16:06 Diperbarui: 14 September 2024   16:07 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"kenapa ga sekarang?"

"biar aku punya alasan menghubungimu"

"mengapa kamu harus jujur?, tunggu dulu, ini bukan karena kamu tidak benar benar mengerti apa yang kamu lakukan kan?,                   bukankah beberapa hal harus menjadi privasi dari sebuah sikap?" tanyaku, heran!

"memang sengaja, bukankah itu adalah topeng yang selalu dikenakan manusia untuk menjaga image nya?"

"lantas?"

"aku ngga mau kamu mengenalku dalam kebohongan, aku ingin kamu mengenal diriku, bukan mengenakan topeng yang ku kenakan    agar terlihat seperti orang lain"

     wanita itu menatapku sebentar setelah mendapatkan nomer handphone, di persekian detik ia langsung pergi meninggalkanku menuju gang kecil, meninggalkanku sendirian atas penjelasan yang belum selesai dan mungin tak harus supaya esok memiliki alasan untuk mempertemukan.

   pertemuan itu menjadi awal mulainya babak kisah itu, dimana perjalanan usia tak hanya bercerita tentang tua dan muda, namun lebih dari itu bagaimana kita memaknai segala macam rotasi waktu dengan ragamnya emosi, atau mungkin menganggap emosi adalah siklus waktu yang akan pudar dalam kenangan dan di abadikan ingatan, entahlah semuanya belum jelas  dan memang semua tak harus jelas agar hidup lebih menarik dan esok selalu menjadi kejutan kejutan yang tak terduga, bukankah manusia suka surprise dalam hidupnya?

  semenjak pertemuan itu juga aku banyak mengenalnya, kita menjadi sering bertemu baik itu di rencanakan maupun tidak, dunia kampus tidak hanya menyuguhkan fasilitas untuk mendapatkan pengetahuam, lebih dari itu mengajarkan pengetahuan tentang ketidaktahuan kita, kenapa di senyum wajahnya terihat seakan guguran bunga yang di paksakan tumbang?senyum palsu atau apapunlah namanya, sebuah peristiwa kehidupan yang tak disetiakan oleh waktu.

 pagi ini aku akan bertemu dengannya, dia menjanjikan di bawah pohon rindang, sebuah tempat yang begitu akrab di telinga mahasiswa, orang orang menyebutnya (DPR), tepat di jam sepuluh pagi dia datang dari pojok menyapaku yang sedang menikmati sebatang rokok,

"sudah lama ya?maaf"suaranya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun