melihatku yang sedang menatapku ia menglihkan pandangan, aku juga merasa lancang menatap wanita itu tanpa izin, kendati memang tidak ada aturan yang tertulis pada akhirnya itu menjadi etika sosial,Â
bandung hujan waktu itu, bersamaan dengan gerimisnya aku turun di tempat yang sama dengannya, entah itu sinyal alam atau bukan, yang jelas ada senyum tuhan yang membasahi cakrawala,wanita itu merogoh dompetnya bolak balik dengan wajah datar, seakan muak memanjakan emosi yang yang selalu kian menjajah manusia,
"kamu ada uang kecil" tanyanya saat aku selesai membayar ke sopir angkotnya
kamu mungkin akan menganggapku berlebihan menceritakan suaranya, ada suara khas yang terdengar, suara yang akan tertelan lumpur kepahitan, Â yang di gelombangi untaian indah, suara yang terus menuntut ku menyelami malam malam tanpa lelah suara yang mengajarkan ku dunia baru yang terbantahan logika.
"ada" jawabku. langit masih gerimis, tak ada kilatan petir, hanya angin yang berhembus mesra menyapu kota dan bangunan, menyapu juga hijab yang di pakainya seenaknya
"nih" aku menyodorkan beberapa lembaran uang kertas rupiah"
"besok aku ganti, sama aku mau minta nomer kamu biar gampang di hubungi"
"ngga usah, ambil aja" kataku
"baiklah nomer kamu aja"Â
"buat?"
"bilang terima kasih"Â