Sambil menggigil dalam kucuran air dingin,  tujuh sumber dan menahan dingin luar biasa,  argo berhitung cermat,  nampaknya pemuda itu terlempar jauh,  ke tahun masehi awal ketika Candi itu belum dibangun,  lokasi  Suci itu menjadi pusat berkumpulnya orang sakti orang suci se-Jawadwipa,  Disanalah pusat Budaya dunia,  tehnologi, musik sedang moncer-moncernya,  bahkan jauh sebelum agama yang memuja Budha itu berdiri menyebar, Areal. Suci ini. Dikenal sebagai. Kawasan yang wingit dan memiliki enerji alam yang dasyat.  Inilah Pusat semesta Jawa, kiblat  musik dunia, bahkan.
Setelah melakukan ritual khusus,  membasuh diri dengan air Suci, dimandikam perawan ayu pujaannya,  Dyah Palupi,  Benak Anak muda itu menjadi terang benderang . Mulai. dicari-cari,  pangkal sebab musababnya, yang membuatnya bisa . Jadi tersesat sejauh itu. Setelah merenungkan sebab,  akhirnya ditemukan pangkal awal kesialannya bermula  Dari.kenekatannya, mengambil artefak mungil lingga Dan Yoni, Yang ia.satukan Di tas.ranselnya. mungkin dua alat penting, kunci semua Kejadian,  aneh yang terjadi. Hmmm...
""Mas Argo, Â ayo cepat, plakai handuk dan segera pakai baju kulit banteng ini, Â kita sudah ditunggu Resi Sangkakala di Pasewakan Ageng," kata Dyah Palupi. Agak keras menyadarkanku saat berendam masyuk di mata air ketujuh. Argo tergeragap dan langsung berdiri, Â keluar dari air, Â gadis perawan yang hanya mengenakan jarik bawahan dari bahan kulit kuda putih itu memekik, Â menutupi matanya saat anak. muda yang diam-diam ditaksirnya, Â keluar dari kolam. Air spontan Tanpa baju, Â kelihatan semua auratnya. Argo spontan menyambar handuk, menutupi aurat vitalnya.
Setelah mengeringkan badan, Arti mencoba melilitkan kulit banteng hitam itu ke tubuhnya,  tapi sulit bukan main,  karena pakaian yang dikenakan bukanlah dari jaman kekinian,  tapi dari jaman lalu. Tanpa rikuh lagi,  Dyah Palupi membantunya bergegas mengingat perintah dari gurunya tak bisa ditawar lagi. Beberapa kali,  tangan dan kulit mereka bersentuhan, saat itu seperti ada dentum mega  marching band lewat,  menggedor hati kedua insan, yang mulai dirabuki rasa suka. Ehm.Â
***
Argo melangkah tergopoh diantar Palupi, Â ke perhelatan temu besar para guru di pusat pasewakan ageng. Disitu berkumpul sedikitnya 40 resi utama. Â Mereka sebagian berbaju kulit binatang hitam, Â sebagian lagi putih dan yang di pusat ada lima resi berbaju emas. Semua duduk bertelakan karpet kulit binatang buas yang super besar, lembut, tebal,. Kharismatis.
Ada yang duduk di kulit macan raksasa, Â singa super besar, Â juga mamoth, gajah purba. Dan binatang lain yang tak dikenali Argo. Semua duduk dengan lembut dan tenang tetapi semua tatapan mata para guru itu amat tajam, Â Lebih tajam dari belati stainles stell yang pernah kau kenal.
"Nak Argo sini duduk depan Eyang Resi disini yang tenang, tahu kesalahan besar yang kau buat ?," tanya Resi Sangkakala lembut, Â tapi matanya berkilat tajam, bisa membunuh delapan rusa Karena begitu tajam kilatan perbawanya. Menunjukkan juga kedalaman ilmu menghidupkan juga mematikannya.
Argo. Menggigil. Ketakutan,  saat duduk di. pusat arena, pemuda itu duduk di kulit serigala putih yang dibelah lengkap  terlihat kepala Dan ekornya.
"Maaf, Eyang Resi,  hamba lancang mengambil batu pahatan lingga yoni kecil yang hamba temukan,  sebelum masuk gerbang suci. Lalu hamba bersalah, telah mengintip upacara suci penganugerahan enerji matahari.., " urai Argo hati-hati.  Sambil menempelkan jidatnya ke bulu serigala dilantai  serendah mungkin.
 Ritual memohon ampun itu dilakukannya lama. Pemuda itu bertekad tidak akan mengangkat kepala  sebelum diampuni sang Resi yang sakti digdaya.
Suasana amat hening dan mencekam. Â Rasa -rasanya semut, cicak laba-laba tak ada yang berani bernafas di ruangan itu. Semua menunduk, Â bermohon ampun akan kesalahan dan ketaksopananku, Argo sudah siap dipenggal saat itu, dia menyadari benar kelakuannya menabrak kesucian upacara Kapitayan Jawi. Membuatnya layak mati.