Kalaulah ajal. Menjemputku disini. Aku iklas sudah melihat hal spektakuler, Â mendengar musik terindah, mengisi ruang jiwa dan waktuku...
***
Kembang blimbing pinethik bali ing tebing Maya-maya sira, wong pindha mustika
Turuning kusuma pathining wanodya
***
Dalam keadaan amat kritis,  masih saja bisa kudengar lamat lamat gendhing. Walau tubuh melayang drastis antara menara pandang yang tinggi menuju batu-batu tajam seram.  Aku masih bisa menikmati gendhing Ketawang Puspawarna, serasa astronot luar angkasa Voyager mencari  saudara bumi,  dan kembaran manusia bila ada. Rasa takut seperti dihapus dari jiwaku,  berkat tembang berkualitas estetis dan penuh daya spiritual ini.
***
Biasanya dibunyikan untuk tanda masuknya pangeran di jaman dahulu, di jaman sekarang dijadikan latar acara adat temon, pertemuan antara mempelai pria dan wanita.
Dalam kejatuhanku yang parah tak bersisa ketakutanku, Â barang secuil pun. Terbayang olehku saat pencipta gending berirama rancak itu adalah seniman Jawa keturunan ningrat, Kanjeng Gusti Pengeran Adipati Aria (KGPAA) Mangkunegoro IV. Bertahta adalah raja ke-4 dinasti Mangkunegaran, bertahta tahun 1853-1881.Â
KPH Gandakusuma. Ia menikah dengan Raden Ayu Semi, dan dikaruniai 14 anak. Tembang ini adalah wujud persembahan cinta sejatinya.
Versi dari komposisi beliau  yang mendapat kehormatan dipakai Voyager pesawat luar angkasa NASA,tersebut dibawakan oleh gamelan Keraton Pakualaman, yang diaransir ulang oleh pemimpinnya, yaitu Kanjeng Pangeran Haryo Notoprodjo, beken disebut Ki Tjokrowasito, atau Wasitodipuro, yang dikenal sebagai salah satu Empu Karawitan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.
Rekaman ini juga tersedia di album Java: Court Gamelan (versi pertama dirilis tahun 1971). Menurut catatan Profesor  Brown di versi terbaru album tersebut, "Puspawarna" adalah salah satu musik kesukaan Carl Sagan di piringan emas pesawat ruang angkasa Voyager.
***