Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat ke Borobudur, Aku Masuk Gerbang Candi, tapi Tersesat Zaman, Aduh! (1-3-Tamat)

19 Mei 2021   11:52 Diperbarui: 19 Mei 2021   12:03 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Argo.tahu,  lelaki agung didepannya dengan kesaktian.luar biasa nya bisa mematikan bahkan menghidupkan 10 harimau sekaligus apalagi hanya sebatang jiwa rapuh dirinya.  

Argo kusyu , bersujud Minta ampun. Saat itu dia berupaya mengintip,  gadis pujaannya menangis. Satu demi satu,  air mata bening jatuh dipipi indah Dyah Palupi. Terlihat bahwa saat itu ada rasa khusus di hati perempuan berpayudara indah,  dengan rambut panjang yang menyentuh lututnya. Argo bersorak girang dalam hati,  tapi kepalanya tetap bersujud ala Kelinci takut dimangsa Macan Kumbang Terganas dengan mata kuning berkilat,  terkejam.

Tiba tiba meledaklah tawa sang Resi.. Lalu segenap resi yang ada disitu pun tertawa tergelak-gelak, " Ha-ha-ha,  Argo dan Palupi, anak muda memang tahunya.cuma cinta.  Padahal untuk kesalahan sejenis Argo ini,  hukumannya bisa mati,  atau dibuang seumur hidup ke Leng Bumi, lubang rahasia kebaikan dan keburukan bumi kumpul jadi satu disitu, "terang  Resi Sangkakala.
 
"Baiklah, Argo,  Lingga Yoni kecil yang. Kamu. Pegang  sejatinya kunci portal semesta.siapapum yang masuk denganmembawa kedua alat kuno,  disatukan,  maka semua portal waktu terbuka, beruntung kamu setelah disucikan Dyah Palupi di tujuh mata air,  batinmu. Jadi terbuka Argo, " urai Sang Resi membuka tabir misteri.

Semua Resi yang hadir manggut-manggut, membenarkan.  Kemudian segalanya dijelaskan dengan rinci ,bahwa petilasan Kapitayan Jawi itu akan berkembang amat besar,  diiringi pembangunan pusat sembahyang. Tapa bersama  disitu. Makin hari, kemudosn tumbuhlah, kebudayaan yang memuja musik sebagai pembangkit etos kerja dan daya linuwih batin.


Membuat banyak alat musik diciptakan disini, akan ada ratusan,  mungkin ribuan alat musik yang dicipta disini.  Lalu disebarkan di seluruh dunia. Cuma nanti ada jaman yang tidak tahu asal muasal, alat-alat musik itu dibilang dari manca negara,  padahal kamilah nenek moyangmu yang membuatnya,  lalu  disebarkan ke. Seluruh dunia.

"ya,  ada 60 alat musik di relief candi besar itu Resi., " tutur Argo hati-hati

"Aku tahu,  aku tahu,  sudah jangan dikayakan,  itu rahasiakan,  itu berita jaman,  bahwa  akan banyak agama besar,  tumbuh subur di Jawadwipa,  hindu,  Budha.kristen, Islam,  tapi. Kapitayan Jawi,  dan musik dasyat ini tak boleh kau lupa!, "kata pungkas Resi Sangkakala kepadaku. 

Aku diberi kebebasan memilih,  sebagau lelananging jagad,  atau semacam Higlander,  yang bisa hidup  abadi dari jaman ke jaman,  karena aku sudah terpapar  Enerji digdaya Sang Resi sakti. Dan menjadi utusan yang menembus lorong waktu, ke masa lalu atau masa depan untuk menjelaskan, kesalahpahaman,  atau menyelamatkannya bumi dari kehancuran bumi. 

Semua piliha itu terasa mewah,  aku belum memutuskan, tapi aku berharap,pilihan terbaik manapun yang akhirnya kupilih,  harus bisa. Menyertakan Dyah Palupi sebagai pendamping abadi. Percuma hidup abadi, Kalau kesepian...

Sang Resi tersenyum. Penuh arti,  ditatapnya Dyah Palupi,  gadis ayu itu tertunduk jatuh hati. Meski tanpa kata-kata, Sang Resi Sangkakala paham semuanya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun