Mohon tunggu...
gurujiwa NUSANTARA
gurujiwa NUSANTARA Mohon Tunggu... Konsultan - pembawa sebaik baik kabar (gurujiwa508@gmail.com) (Instagram :@gurujiwa) (Twitter : @gurujiwa) (Facebook: @gurujiwa))

"Sebagai Pemanah Waktu kubidik jantung masa lalu dengan kegembiraan meluap dari masa depan sana. Anak panah rasa melewati kecepatan quantum cahaya mimpi" ---Gurujiwa--

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat ke Borobudur, Aku Masuk Gerbang Candi, tapi Tersesat Zaman, Aduh! (1-3-Tamat)

19 Mei 2021   11:52 Diperbarui: 19 Mei 2021   12:03 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Semakin sore., semakin banyak orang yang berkumpul dirimu,  di pusat persembahan ada altar agung tinggi,  dikelilingi orang -orang berpakaian emas yang semuanya memegang alat musik, segala macam alat musik aneh yang dipukul,  ditiup,  ditiup dan memakai  membran,  ada puluhan orang yang siaga mengalunkan nada.  

Dari ketinggian pojok alun - alun orkestra itu, pelan -pelan ingin kuabadikan kejadian menakjubkan menjelang senja yang belum pernah kulihat dimanapun sepanjang petualangan motorki Selena in. 

Dari balik balik intip kamera DSLR Canon andalanku,  terlihat komposisi ritual yang kolosal dan luar biasa.  Mulai dari perbukitan tinggi berbatu ini orange berbaju emas,  Putih lalu hitam mengelilingi  bukit berundak-undak

Puas aku mengabadikannya dari berbagai sudut yang elok. Pasti aku dapat uang banyak karena foto-foto sensasional dan hebat ini.

***

 Mulai Ada hal yang terasa.aneh,.Candi Borobudur yang megah dan besar dengan banyak stupa tak nampak dalam intipan kamera tele juga penglihatan mata telanjang ku.  Ada apa ini ?.

Belum hilang rasa.penasaran akan perginya bangunan besar itu,  dari pandangan mataku terdengar tambur dipukul dengan penuh semangat perbawa. Mungkin bukan sekedar satu atau belasan tambur dipukul berirama dengan penuh irama ketukan yang memukau. Penuh rentak rampak semangat. Mendebarkan hati. 

Lalu beberapa orang, bertubuh raksasa, dengan tinggi badan nyaris tiga meter,  memgangkat tandu emas, menggotong seorang Resi Agung ke pusat arena. Dari lorong gua batu seberang lapangan.  Seketika segala alat musik,  ditiup,  dipukul dan digaungkan resonansi nadanya.

 Mendadak aku terhenyak dan larut dalam alunan orkestra Penuh semangat namun menenangkan jiwa.  Semua kepala menunduk hening cipta. Hanya aku yang menengadahkan kepala. Penasaran dengan segala apa yang terjadi. Semua ini terasa tak masuk akal, tapi mempesona,  magis dan menenangkan pikiran.

***

Rombongan raksasa telanjang dada datang dalam dentum perkusi yang rancak membawa tandu kebesaran dan membawa berbagai senjata,  diiringi rombongan manusia kate. Manusia kerdil yang cuma setinggi pinggang tapi mukanya seram seram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun