Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lamakera Mengaji: Konsep, Aplikasi dan Tantangannya

17 Mei 2024   05:46 Diperbarui: 17 Mei 2024   05:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tantangan dalam Mewujudkan Lamakera Mengaji

 

Setelah pelbagai racikan konsep teoretis dan aplikatif tentang program Lamakera Mengaji tersaji bukan berarti selesai semua urusan. Tidak. Semuanya masih dalam proses starting. Masih ada tahapan lainnya. Tahapan itu antara lain adalah apa yang disebut dengan "tantangan". Yah, pada akhirnya tantangan yang menentukan semua racikan konsep: apakah survival hingga terwujud dan sukses atau malah sebaliknya? Di sana sistem imut setiap orang benar-benar diuji: apakah bisa survival dengan invasi virus yang bernama tantangan atau malah sebaliknya? Tantangan boleh dikatakan sebagai sosok makhluk yang selalu hadir dalam setiap episode ikhtiar yang dilakukan oleh anak manusia: kadang berwujud Malaikat, kadang malah berwujud Syaitan.

Kehidupan manusia tidak akan mungkin bisa  lepas dari pelbagai macam tantangan. Karena, tantangan adalah bagian dari sunnatullah, syarat kehidupan yang akan dihadapi oleh semua manusia. Tidak ada satu pun manusia di alam jagat ini yang luput dan tidak berurusan dengan tantangan, hatta manusia pertama, para Nabi dan Rasul hingga manusia-manusia belakangan ini. Kalau membuka lembaran demi lembaran sejarah, khususnya sejarah para Nabi dan Rasul mulai dari Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw., kita akan sampai pada sebuah kesimpulan (yang tidak terbantahkan) bahwa manusia-manusia yang memiliki maqam spiritual yang paling hebat, dahsyat dan dekat dengan Tuhan sekalipun berurusan dengan tantangan.

Tantangan biasanya hadir dalam wajah yang berbeda-beda. Kadang sesuai dengan agenda yang dilakukan. Kadang di luar dari itu. Begitulah yang dapat dilihat pada tantangan dalam mewujudkan program Lamakera Mengaji. Tantangannya nyaris tidak jauh-jauh dari upaya mewujudkan program Lamakera Mengaji itu sendiri. Jika diklasifikasi niscaya akan ditemukan banyak tantangan yang dihadapi ketika hendak mewujudkan program Lamakera Mengaji. Tantangan pertama terkait dengan penyediaan SDM. Untuk mewujudkan program tersebut dibutuhkan SDM khusus. Sementara pada kenyataannya Lamakera belum memiliki SDM sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sebut saja belum ada SDM bidang tilawah dan tahfizh.

Selain itu, tantangan yang perlu disiasati dalam mewujudkan program Lamakera Mengaji adalah lingkungan masyarakat. Beberapa dekade belakangan ini masyarakat Lamakera mengalami transformasi besar-besaran dalam budaya. Terjadi shifting paradigma and culture masyarakat yang sudah sampai pada level mengkhawatirkan. Misalnya, munculnya pelbagai varian budaya kaget yang menginvasi "kehanifan" jiwa kaula muda hingga terkooptasi dengan pelbagai kegiatan hedonistik-oportunistik. Itulah mengapa di sana juga ada masyarakat yang mengkonsumsi khamr dan mabuk-mabukan. Belum lagi pesta disertai perjogetan yang luar biasa, baik ketika pergantian tahun, habis lebaran, ulang tahun dan lainnya.

Kondisi-kondisi semacam itu rasanya menjadi tantangan dalam mewujudkan program Lamakera Mengaji. Sehingga, sangat perlu sekali untuk disterilisasikan, mengingat kondisi-kondisi semacam itu membawa angin yang kurang segar dan sehat bagi masa depan peradaban Lamakera, termasuk bagi kerja-kerja peradaban yang tengah dilakukan. Sebab, banyak kaula muda ikut terpapar pula di dalamnya. Bahkan bukan saja kalangan patah pensil alias tidak sekolah atau berhenti sekaloh saja, akan tetapi juga menyentuh pada lapisan masyarakat sekaloh. Di mana diketahui bersama bahwa nyaris banyak patologi sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dimotori oleh anak-anak sekolah dikarenakan pola pergaulan yang tidak sehat dan produktif.

Termasuk tantangan yang tidak kalah penting dalam mengawali dan mengawal kerja-kerja peradaban seputar program Lamakera Mengaji adalah konflik dan perpecahan.  Tantangan ini hadir dam atmosfer kehidupan masyarakat (elit) disebabkan banyak sekali faktor. Sebab, konflik dan perpecahan tidak begitu saja hadir dalam kehidupan. Ada permulaan sebagai asbabnya (dan tentunya karena ada permulaan, maka seharusnya ada pula pengakhirannya untuk menyudahinya). Di antara permulaannya adalah P4, yakni perbedaan pendapat dan perbedaan pendapatan (sebagai plesetan dari hasrat ingin mendapatkan rente dalam kebersamaan). Keduanya disinyalir menjadi sebab dasar (basic cause) terhadap varian sebab lainnya.

Namun, menarik rasanya untuk mengungkapkan pandangan seorang Aba Abdul Syukur Ibrahim Dasi tentang sebab-sebab terjadinya konflik dan perpecahan, khususnya di internal masyarakat Lamakera. Dalam pidatonya pada Juni 1996 yang bertajuk "Mutiara Yang Terpendam: Arahan dan Pandangan tentang Masa Depan  Lamakera" dalam kegiatan Reuni III Keluarga Besar Lamakera Solor, Aba Abdul Syukur Ibrahim Dasi sekurang-kurangnya menyebutkan dua kali ayat "kullu hizbin bima ladaihim farihun" (QS ar-Rum/32 dan QS al-Mu'minun/53). Kutipan ayat pertama disampaikan pada penutup latar belakang (halaman 1 akhir) dan kutipan keduanya terletak pada sub pembahasan soal "Pergeseran Nilai Ata Abe" (halaman 4).

Meskipun ayat tersebut berbicara tentang perpecahan dalam masalah agama, namun point penting yang hendak disampaikan darinya adalah konflik dan perpecahan adakalanya disebabkan oleh nalar ashobiyah wa hizbiyah yang memiliki karakter berbangga-bangga diri terhadap kelebihan, kerja-kerja peradaban dan torehan capaian prestasius pada masing-masing kelompok (hizb). Tentunya, logika istidlal yang digunakan oleh Aba Abdul Syukur Ibrahim Dasi ini sangat luar biasa. Sebab, logikanya jika dalam urusan agama yang begitu sakral saja acapkali membuat sesama umatnya terpecah belah menjadi beberapa faksi (kelompok-kelompok, maka sudah bareng tentu potensi konflik dan perpecahan terbuka lebar pada urusan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun