Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lamakera Mengaji: Konsep, Aplikasi dan Tantangannya

17 Mei 2024   05:46 Diperbarui: 17 Mei 2024   05:52 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena itu, menyiapkan SDM harus menjadi "mega proyek " dan "program prioritas" dalam mengawali dan memulai kerja-kerja peradaban. Tidak boleh menganggap remeh-temeh dan bergampang-gampangan dalam kaitannya dengan SDM. Sebab, ketersambungan sejarah Lamakera pada hari-hari akan datang sangat terpulang pada SDM yang dipersiapkan pada hari-hari ini. Jika konsepnya hanya bersifat jangka pendek, maka penyiapan SDM bisa dalam bentuk mendatangkan orang-orang di luar Lamakera (outside) untuk menjadi mentor dalam menghandle program Lamakera Mengaji. Seperti misalnya program pembinaan tilawah al-Qur'an saban hari dengan mendatangkan mentor dari luar Lamakera karena Lamakera tidak punya "stok".

Namun, jika konsepnya bersifat jangka panjang, maka perlu dipersiapkan matang-matang SDM yang akan mengisi pos-pos yang masih kosong dalam keseluruhan rangkaian kerja-kerja peradaban, khususnya terkait dengan program Lamakera Mengaji. Sistemnya adalah mengidentifikasi anak-anak Lamakera yang berpotensi untuk dilanjutkan studi di bidang ilmu al-Qur'an dan tafsir yang antara lain juga dimaksudkan di dalamnya untuk menjadi muhaffizh yang memiliki kemampuan tambahan di bidang tilawah dan maqamat. Untuk adilnya bisa diambil permasing-masing suku yang ada di Lamakera. Dengan syarat mereka-mereka yang dilanjutkan studinya membuat MoU untuk mengabdi di Lamakera setelah selesai studi.

Konsep demikian bisa dikembangkan untuk aspek-aspek lain. Misalnya, masyarakat Lamakera menginginkan imam shalat tarawih, Idul Fitri dan Idul Adha harus memiliki bacaan dan suara yang bagus (sebagai pendamping imam utama atau tetap), maka aspirasi masyarakat tersebut bisa dikembangkan dalam bentuk program penyiapan SDM dari anak-anak Lamakera sendiri. Tidak perlu mendatangkan orang lain untuk menjadi imam. Sekali lagi, karena semuanya itu adalah bagian dari social engineering and civilization engineering, maka perlu dipersiapkan pula. Sistem dan tekniknya bisa mendelegasikan anak-anak Lamakera tertentu (bisa juga berdasarkan suku) untuk mengikuti program Takhassush Tahfizh al-Qur'an.

Nah, berdasarkan bentuk dan format Lamakera Mengaji, SDM yang disiapkan (harus) memiliki beberapa kompetensi dan kualifikasi. Paling tidak hanya tiga kompetensi dan kualifikasi saja yang dibutuhkan. Itupun hanya mengisi pos pembinaan tilawah dan maqamat, program Takhassush Tahfizh al-Qur'an dan pengajian Majelis Taklim. Sementara pengajian dalam bentuk TPQ sudah memiliki SDM masing-masing. Tiga kompetensi dan kualifikasi dimaksud adalah seorang mentor yang ahli di bidang tilawah dan maqamat. SDM ini bisa saja muhaffizh dan bisa saja tidak. Intinya, punya bacaan al-Qur'anbdengan baik dan benar sesuai standar bacaan plus memiliki kompetensi dan kualifikasi khusus di bidang tilawah dan maqamat.

Pada program Takhassush Tahfizh al-Qur'an dibutuhkan SDM yang secara khusus sebagai seorang muhaffizh. Lebih bagus lagi kalau-kalau muhaffizhnya cum jago bahasa Arab, baca kitab gundul (qira'atul kutub) dan jago pula tilawah dan maqamat. Sungguh luar biasa kalau-kalau SDM semacam itu mendiami Lamakera dan menjalankan program Lamakera Mengaji, khususnya dalam bidang pembinaan tilawah dan maqamat serta program Takhassush Tahfizh al-Qur'an. Sementara untuk program pengajian Majelis Taklim juga bisa dipersiapkan SDM secara khusus dalam bidang gituan, baik berasal dari dunia pendidikan formal maupun pengalaman pembinaan dakwah atau menggabungkan keduanya, untuk membantu mereka yang sudah ada di kampung.

Kedua; membangun sistem. Kerja-kerja peradaban secanggih apa pun tidak akan terwujud menjadi sebuah kenyataan historis dalam struktur kehidupan masyarakat manakala tidak disupport oleh sebuah sistem. Sistem memiliki kedudukan dan peran untuk "mengikat", mengendalikan dan meminimalisir pelbagai potensi "homo homoni lupus" dan nasut yang dimiliki manusia agar supaya apa yang menjadi konsep dan program rekayasa peradaban dapat berjalan sebagaimana diharapkan bersama. Meski sangat disadari bahwa kehidupan manusia tidak akan mungkin bisa  lepas dari pelbagai macam tantangan. Karena, tantangan adalah bagian dari sunnatullah, syarat kehidupan yang akan dihadapi oleh semua manusia.

Secara umum dapat dikatakan bahwa tata dunia membutuhkan sebuah sistem. Begitu pula negara-negara dunia dengan berbagai bentuk negaranya juga membutuhkan sistem, baik negara teokrasi, republik, monarki dan lain sebagainya. Begitu pula sebuah institusi pendidikan dalam pelbagai bentuknya juga membutuhkan sebuah sistem. Organisasi dan Yayasan pun membutuhkan sebuah sistem. Bahkan masyarakat adat sekalipun membutuhkan sistem nilai (value system) yang bernama hukum adat sebagai salah satu hukum tidak tertulis dan menjadi living law (hukum yang hidup). Sehingga, cukup alasan untuk membangun sebuah sistem dalam rangka melegitimasi dan mensupport kerja-kerja peradaban.

Sistem yang perlu dibangun untuk melegitimasi dan mensupport kerja-kerja peradaban ada dua, yaitu sistem yang datang atau mengudara dari struktur(al) dan sistem yang terbentuk dari kultur. Sistem struktural adalah sebuah sistem yang dibuat oleh pemerintah dan juga lembaga yang bergerak di bidang terkait untuk mengatur lalu lintas pelaksanaan program dan kerja-kerja peradaban. Misalnya, pemerintah Desa membuat sebuah sistem untuk melegitimasi dan mensupport hal tersebut. Atau Yayasan yang membuatnya. Sementara sistem kultural adalah sebuah sistem yang akhir dari kesadaran masyarakat untuk ikut terlihat dalam program dan kerja-kerja peradaban. Wujudnya bisa tulisan atau tidak tertulis sebagaimana menjadi karakter khasnya.

Termasuk bagian penting dari sistem yang dibangun oleh Yayasan yang memiliki konsep dan program Lamakera Mengaji adalah mengatur hal ihwal terkait dengan apa dan bagaimana pelaksanaan konsep dan program Lamakera Mengaji. Sebagai contoh, jika konsep dan program Lamakera Mengaji adalah Takhassush Tahfizh al-Qur'an, maka santri-santrinya perlu diasramakan dan dikarantina serta melakukan sterilisasi lingkungan. Selain itu, harus membuat kurikulum pendidikan Takhassush Tahfizh al-Qur'an, khususnya tentang apa dan bagaimana aktivitas seorang santri program Takhassush Tahfizh al-Qur'an di Pondok, mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Semuanya diatur dalam sebuah sistem sehingga bisa menjadi guidance.

 

Ketiga; membangun soliditas dan sinergitas-kolaborasi antar element. Sama dengan sebelumnya di atas, kerja-kerja peradaban tidak bisa dilakukan oleh individu-individu, sekuat dan sehebat apa pun individu itu. Tanpa orang lain manusia bagaimana puing-puing reruntuhan. Karenanya, perlu membangun soliditas dan sinergitas-kolaborasi antar element dalam mensupport kerja-kerja peradaban. Tema kegiatan reuni saban hari sepintas lalu agak menarik dan menggelitik karena tidak berjarak dengan konteks kehidupan masyarakat Lamakera, khususnya sebagian kalangan elit. Di situ seolah-olah semuanya terpanggil untuk kembali merajut cinta melalui ruang-ruang perjumpaan yang tersedia untuk membangun Lamakera berkeadaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun