Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lamakera Mengaji: Konsep, Aplikasi dan Tantangannya

17 Mei 2024   05:46 Diperbarui: 17 Mei 2024   05:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga, sejatinya tidak perlu lagi ada polarisasi dan sekat sektarian dalam kerja-kerja peradaban. Sebab, tidak ada faidahnya membangun pagar pembeda dan pemisah antar sesama anak Lewotanah, apalagi hanya karena sentimen dan relasi kuasa yang arogan dan abuse. Sekarang saatnya bersatu, meskipun tetap dalam fragmentasi perbedaan yang belum dipertemukan. Karena, persatuan hanya terbentuk karena adanya perbedaan. Dan, persatuan tidak mesti melenyapkan dan menghapus keseragaman yang terbentuk dari pelbagai perbedaan. Sebab, watak realitas adalah keseragaman: heterogen dan pluralitas. Bahkan watak realitas kebangsaan pun demikian halnya. Makanya, ada semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

 

Memang membangun soliditas dan sinergitas-kolaborasi membutuhkan keterbukaan pikiran, kelapangan jiwa, kejernihan dan kearifan batin untuk saling memahami dan menghargai dalam pelbagai hal. Dengannya pelbagai macam fragmentasi perbedaan akan disikapi dengan hati tenang dan riang gembira. Bahkan dengannya pelbagai maca dinamika yang tumbuh subur dalam bilik-bilik ikhtiar membangun peradaban disikapi dengan cerdas dan sesekali dengan gemoy-santuy. Tidak ada ceritanya intrik, intimidasi dan teror di sana. Tidak ada pula saling sikat dan sikut mempertahankan eksistensi, mengkapling kebenaran dan dukungan. Karena, semesta jiwa, hati dan pikiran sudah bersih dan jernih semua.

Soliditas dan sinergisitas-kolaborasi yang paling penting untuk dibangun adalah kalangan intelektual dan elit, pemerintah, masyarakat, institusi pendidikan dan lembaga TPQ. Di sini perlu menjadi perhatian khusus adalah lembaga TPQ. Soliditas dan sinergitas-kolaborasi harus diperkuat antar Yayasan dan lembaga TPQ. Karena, seperti diketahui bersama, lembaga TPQ sudah berkontribusi besar dan nyata dalam memulai dan mengawal kerja-kerja peradaban dalam lanskap pendidikan al-Qur'an.  Lembaga TPQ sudah membersamai banyak anak-anak Lamakera dalam suka maupun duka hingga membuat anak-anak Lamakera bisa berkenalan dengan huruf-huruf hijayah dan mampu kemudian membaca al-Qur'an.

Keempat; membangun dan menyiapkan fasilitas. Langkah ini sangat penting oleh sebab pelaksanaan konsep dan program Lamakera Mengaji membutuhkan sebuah fasilitas yang memadai, representatif, kondusif, aman dan nyaman. Tidak mungkin pelaksanaan kegiatan konsep dan program Lamakera Mengaji tanpa disupport oleh fasilitas. Setidaknya di Lamakera sudah memiliki fasilitas yang lumayan. Kalau lembaga TPQ menggunakan fasilitas rumah masing-masing pemilik dan pengampuhnya. Misalnya, TPQ al-Ahsun Motonwutun menggunakan rumah pribadi sebagai tempat pembelajaran. Meskipun, terbilang sederhana, sampai sejauh ini tetap digunakan sebagai tempat pembelajaran yang mengasyikkan.

Ada juga Rumah al-Qur'an yang sementara dibangun dan dalam proses finishing. Dibandingkan dengan tempat pembelajaran TPQ, fasilitas pembelajaran al-Qur'an di Rumah al-Qur'an mungkin jauh lebih representatif. Wajar-wajar karena Rumah al-Qur'an memang dibangun hanya untuk digunakan sebagai tempat pembelajaran al-Qur'an, selain sebagai musholla tempat shalat bagi masyarakat sekitar. Fasilitas TPQ dan juga Rumah al-Qur'an yang ada di Lamakera sesuai dengan bentuk pembelajaran yang ada, yakni pembelajaran seperti biasanya. Termasuk untuk pembinaan tilawah dan maqamat. Bisa juga menggunakan musholla Baburrahmah Tanjung Motonwutun dan masjid al-Ijtihad untuk pembinaan tilawah dan maqamat.

Berbeda lagi kalau program Takhassush Tahfizh al-Qur'an, tidak cukup tempat semacam TPQ dan Rumah al-Qur'an. Karena, program tersebut membutuhkan tempat khusus yang agak lebih besar, di dalamnya ada pengasramaan santri agar lebih fokus dan aman dalam melakukan hafalan al-Qur'an. Tempat yang cocok untuk menjalankan program Takhassush Tahfizh al-Qur'an adalah MAN 2 Flores Timur. Tempatnya agak jauh dari pusat kehidupan masyarakat Lamakera, jauh pula dari kebisingan dan kegaduhan. Apalagi di sana juga ada fasilitasnya yang agak lengkap, berupa asrama dan infonya akan dibangun musholla sekolah. Sistemnya nanti dibagi dua, yakni kelas murni dan kelas murni plus tahfizh.

Point penting dari langkah ini adalah tetap membiarkan TPQ menjalankan tugasnya sebagai lembaga pendidikan non formal yang berfungsi untuk mendidik dan membina kera muri tawa gere dalam bidang al-Qur'an dan ilmu-ilmu keislaman dasar berupa pelatihan tata cara wudhu, praktek shalat, penanaman adab dan lainnya. Tidak boleh menggeser atau mencoba untuk menguburkan peran moral, spiritual, edukatif dan historis yang telah dilakukan lembaga TPQ hanya karena ada lembaga baru yang mencoba menawarkan misi yang sama dalam meningkatkan pendidikan al-Qur'an anak-anak usia sekolah dan lainnya, hatta menertibkan sebagai bagian dari lembaga tertentu. Di situlah wujud nyata membangun soliditas dan sinergitas-kolaborasi.

Kelima; membangun budaya apresiasi dan support terhadap kerja-kerja peradaban. Langkah ini secara khusus diperuntukkan kepada lembaga TPQ se-Lamakera yang sudah berjasa membangun budaya pendidikan al-Qur'an hingga melahirkan kera muri tawa gere sebagai manusia-manusia al-Qur'an; manusia yang bisa mengenal huruf-huruf hijayah, mengenal al-Qur'an beserta keagungan dan keutamaannya, dapat membaca al-Qur'an sesuai standar dan menjadikan al-Qur'an sebagai teman hidupnya (walau belum sepenuhnya). Semua dilakukan secara gratis dan cuma-cuma, semata ikhlas mengajarkan al-Qur'an pada ummat, tidak ada biaya pendidikannya. Makanya, lembaga TPQ termasuk salah satu "lembaga ikhlas beramal".

Dengan kerja-kerja peradaban yang begitu agung dan dahsyat tentunya lembaga semacam TPQ patut diapresiasi dan disupport habis-habisan. Mereka bukan saja diberikan ruang untuk tetap mengembangkan dan menjalankan misi umat dalam mendidik dan membina generasi di bidang pendidikan al-Qur'an, tetapi perlu juga diapresiasi dan disupport. Meskipun, mereka sama sekali tidak mengharap, apalagi mengemis-ngemis, untuk mendapatkan apresiasi dan support dari pelbagai pihak. Toh, selama ini mereka tetap tumbuh subur dan bermekaran dalam melakukan kerja-kerja peradaban di bidang pendidikan al-Qur'an hatta tidak mendapat apresiasi dan support dari pihak manapun. Lagi-lagi, karena mereka ikhlas beramal.

Namun, sebagai manusia dan atau kelompok manusia yang memiliki watak rasionalistik dan sensitiftas rasa kemanusiaan yang paling otentik tentunya tidak akan mungkin begitu tega (hati) dan masa bodoh membiarkan begitu saja kerja-kerja peradaban yang dilakukan oleh lembaga TPQ. Paling tidak memberikan apresiasi dan support moral manakala apresiasi dan support dalam "wujud lain" masih begitu berat untuk dilakukan. Apresiasi dan support moral tidak membutuhkan biaya dan bukan merupakan pekerjaan berat, sehingga tidak ada alasan untuk tidak dilakukan oleh manusia-manusia rasionalistik dan berhati-nurani. Makanya, lebih afdhal lagi kalau ada dalam "wujud lain" sebagai bagian dari apresiasi dan support

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun