Mohon tunggu...
Azis Maloko
Azis Maloko Mohon Tunggu... Penulis - seorang pejalan yang menikmati hari-hari dengan membaca

anak nelayan berkebangsaan Lamakera nun jauh di sana, hobi membaca dan menulis, suka protes, tapi humanis dan humoris

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Lamakera Mengaji: Konsep, Aplikasi dan Tantangannya

17 Mei 2024   05:46 Diperbarui: 17 Mei 2024   05:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat; bentuk mengajinya adalah Program Takhassush Tahfizh al-Qur'an. Program ini boleh dikatakan sebagai program terpenting dalam konsep pendidikan al-Qur'an pada umumnya (bukan konsep "Lamakera Mengaji" secara khusus karena sangat boleh jadi banyak orang malah belum sepakat dengan adanya Program Takhassush Tahfizh al-Qur'an), meskipun program tersebut hanya merupakan salah satu bentuk dan format penting dalam pendidikan al-Qur'an. Di mana masih ada lagi level di atasnya, yakni pemahaman dan pengamalan terhadap kemampuan bacaan dan hafalan al-Qur'an. Karena, mempelajari al-Qur'an memiliki level masing-masing. Bahkan level membaca pun masih ada juga level-level yang menjadi turunannya.

Bentuk tersebut menuntut orang yang mempelajari al-Qur'an harus naik kelas. Tidak hanya berkutat pada kemampuan membaca al-Qur'an. Pun tidak boleh berhenti ada kemampuan mentilawahkan al-Qur'an dengan pelbagai macam irama yang begitu aduhai dan menggoda keimanan. Karena, al-Qur'an memang bukan hanya untuk hal-hal semacam itu. Akan tetapi , lebih baiknya dihafal, dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang muslim yang konsekuen pada ajaran agamanya. Meskipun, bentuk dan metode mengaji semacam itu terbilang agak sulit dalam konteks Lamakera jika tidak melakukan rekayasa dan pengkondisian terlebih dahulu terhadap lingkungan masyarakat.

 Program Takhassush Tahfizh al-Qur'an memiliki manfaat dan peranan yang begitu besar bagi kerja-kerja peradaban untuk Lamakera ke depannya. Jika dari program ini lahir banyak muhaffizh dan melanjutkan studinya di perguruan tinggi, termasuk perguruan tinggi yang dicita-citakan oleh alm. Ali Taher Perasong maupun misalnya, maka yakinlah ke depannya Lamakera akan memiliki banyak SDM dengan pelbagai bidang keahlian, namun mereka juga dikenal sebagai muhaffizh. Mereka bisa balik kampung untuk melanjutkan kerja-kerja peradaban yang telah dirintis dan dijalankan. Sehingga, Lamakera tidak perlu lagi mencari dan mendatangkan mentor pendidikan al-Qur'an untuk melakukan pembinaan tahfizh maupun tilawah.

Kelima; bentuk mengajinya adalah pengajian Majelis Taklim. Bentuk ini masuk kategori dakwah; transformasi ilmu dan ajaran agama dalam frame watawa saw bilhaqq watawa saw bisshobr.  Bentuk ini merupakan hasil diskusi dengan ayahanda Dr. HM Thahir Maloko, M.H.I. dengan berangkat dari fakta di lapangan terkait dengan sudah terbentuknya kelompok Majelis Taklim. Entah, kelompok Majelis Taklim di Lamakera sudah berapa banyak. Mungkin saja Majelis Taklimnya berdasarkan suku, desa dan juga kampung. Berarti jumlahnya bisa tujuh sampai sembilan Majelis Taklim. Kalau pun tidak ada misalnya, maka perlu diadakan. Sebab, masyarakat Lamakera membutuhkan Majelis Taklim sebagai wadah pembelajaran ilmu agama.

Bila bentuk-bentuk mengaji dan atau pengajian sebelumnya lebih diperuntukkan pada kelompok usia tertentu secara terpisah-pisah (misalnya TPQ, Rumah al-Qur'an, Pembinaan Tilawah, Program Takhassush Tahfizh al-Qur'an untuk anak-anak usia sekolah dan remaja), maka pengajian Majelis Taklim diperuntukkan bagi semua kelompok dan kalangan. Sebab, majelis taklim bisa untuk kelompok anak usia sekolah dan remaja, bisa untuk bapak-bapak dan bisa juga untuk emak-emak. Masing-masing kelompok usia dan jenis kelamin bisa memiliki majelis taklim. Misalnya, untuk bapak-bapak satu majelis taklim dan untuk ibu-ibu satu majelis taklim. Dan lazimnya memang seperti itu halnya. Jarang digabung laki-laki dan perempuan.

Rupa-rupanya di Lamakera majelis taklimnya masih didominasi oleh kelompok emak-emak. Sementara untuk bapak-bapak nampaknya belum ada majelis taklimnya. Tidak mengapa. Intinya ada dulu majelis taklim di sana. Sehingga, suasana pengajian tetap ada mewarnai jagat kehidupan masyarakat Lamakera. Tinggal ke depannya diatur dan bilamana dikembangkan lebih lanjut. Di antaranya dengan membentuk majelis taklim untuk bapak-bapak agar supaya bapak-bapak juga punya ruang pembelajaran dan tentunya tidak boleh kalah (dong) dengan emak-emak. Atau bisa juga disetting saja melalui pengajian akbar majelis taklim dengan melibatkan juga bapak-bapak sebagai peserta atau jama'ahnya, biar suasana agak ramai dan meriah.

Eksistensi keberadaan majelis taklim sebenarnya memiliki kedudukan dan peran sangat penting dalam membantu kerja-kerja peradaban. Karena, seperti dikatakan dalam sebuah pepatah, perempuan merupakan tiang penyanggah peradaban. Bila perempuan terdidik dan tercerahkan, walau hanya melalui majelis taklim, maka dari rahimnya akan lahir generasi-generasi hebat. Sebaliknya, jika  perempuan mengalami diskriminasi dalam pelbagai bentuknya, terkhusus diskriminasi dalam akses pendidikan dan pencerahan, maka tiang dan tonggak peradaban akan rapuh dan runtuh. Selain itu, keberadaan majelis taklim juga bisa menjadi medium bagi diaspora Lamakera untuk memberikan pencerahan ketika pulang kampung.

Langkah Mewujudkan Lamakera Mengaji

 

Setelah jelas konsep dasar terkait dengan apa dan bagaimana program Lamakera Mengaji, maka langkah selanjutnya adalah mewujudkannya menjadi sebuah kenyataan. Action untuk mewujudkan konsep dan program Lamakera Mengaji adalah jauh lebih penting dan sangat-sangat diharapkan oleh banyak pihak. Untuk mewujudkannya tentunya membutuhkan langkah-langkah khusus dan tertentu di dalamnya. Terdapat banyak langkah yang dapat digunakan dalam mewujudkan konsep dan program Lamakera Mengaji. Langkah-langkah ini bisa mengacu secara langsung pada bentuk dan format program Lamakera Mengaji. Bisa juga dikembangkan secara bebas, namun dengan basis argumentasi yang kuat di dalamnya.

Pertama; menyiapkan sumberdaya manusia (SDM). Program Lamakera Mengaji yang dibahas panjang lebar di atas maupun dipercakapkan banyak orang merupakan bagian dari intelectual engineering (rekayasa intelektual), social engineering (rekayasa sosial) dan civilization engineering (rekayasa peradaban), sehingga membutuhkan SDM yang menjadi lokomotif dan katalis di dalamnya. SDM memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dan strategis dalam hampir semua sektor dan segmentasi kehidupan. Terutama sekali sektor dan segmentasi kerja-kerja peradaban. Apa dan bagaimana program Lamakera Mengaji sangat ditentukan oleh SDM yang diberikan amanah untuk menghandle dan menjalankannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun