Dalam ayat ini, menjelaskan bahwa manusia di ciptakan oleh Allah dalam keadaan dho'if (lemah). Kemampuan manusia sangat terbatas. Akal, kekuatan,dan fisik yang sangat lemah, maka seyogyanya bagi manusia untuk menerima rukhsoh yang Allah berikan kepadanya. Secara khusus ayat ini menjelaskan tentang puasa. Hukum puasa yang asal adalah wajib, namun bagi orang yang sakit atau sedang dalam keadaan musafir, maka boleh baginya untuk tidak berpuasa. Dan di ganti di lain hari Ketika orang tersebut sudah dalam keadaan normal.Â
Dalil terakhir adalah surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi :
Â
Artinya ; Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu dalam keadaan junub, mandilah. Jika kamu sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, lalu tidak memperoleh air, bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menjadikan bagimu sedikit pun kesulitan, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu agar kamu bersyukur.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang menginginkan wudhu, tetapi orang tersebut dalam keadaan sakit atau sedang dalam perjalanan maka orang tersebut boleh mengganti nya dengan tayamum.
DALIL AL-HADITS
Adapun dalil yang bersumber dari hadits rasulullah SAW yang berkaitan dengan pembahasan di atas adalah sebagai berikut :Â
.
Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya agama itu mudah, agama tidak memberatkan kepada seseorang kecuali sesuai kemampuannya, konsistenlah beramal dengan wajar, mendekatlah, bergembiralah, minta tolonglah di awal pagi, siang dan akhir malam."
 Hadits nabi di atas menjelaskan tentang bahwa agama islam itu mudah. Ajaran yang ada tidak akan pernah memberatkan kepada para pengikutnya, melainkan hanya memerintahkan apa yang mereka mampu lakukan saja. Kalau kita teliti lebih mendalam lagi akan kita temukan rahasia ucapan nabi dalam konteks hadits diatas . hubungan antara amal yang mudah dan konsisten itu sangatlah erat. Nyatanya jika seseorang beramal yang besar atau yang memberatkannya, maka tentunya orang tersebut tidak akan bisa istiqomah (terus menerus), karena dalam hati akan timbul yang Namanya trauma. Lain halnya jika yang dilakukan adalah hal yang menurutnya adalah sesuatu yang mudah menyenangkan baginya, pasti akan ada rasa nyaman Ketika orang tersebut ingin mnegulangi hal yang sama. Â
Dalil hadits selanjutnya adalah :Â