Seketika Cassiel terdiam seperti patung dengan dada yang terasa sakit. Ia langsung buru-buru menuju ke kelas dengan menahan air mata yang akan jatuh. Sesampainya di kelas ia langsung memeluk sahabatnya.
"Ada apa Cassiel? Kak Arfan lagi?" Tanya Mey.
"Iya" jawab Cassiel singkat. Mey tau jika keadaan seperti ini pasti Kak Arfan penyebabnya.Â
"Dia kenapa lagi?" Ucap Mey sambil mengusap punggung Cassiel. Cassiel melepaskan pelukannya.
"Dia berpelukan dengan Tasya di depan mataku sendiri" Ucap Cassiel sambil mengusap air matanya.
"Kau tau sendiri kan jika Kak Arfan sedang dekat dengan Kak Tasya, aku juga sudah pernah bilang jika kau tidak mau sakit hati lupakan Kak Arfan" Ucap Mey dengan sebal karena sudah berulang kali ia mengingatkan hal tersebut pada Cassiel.
"Nggak bisa Mey, aku udah pernah coba dan itu gagal, semakin aku berusaha melupakan Kak Arfan, bayang bayang Kak Arfan selalu hadir di pikiranku" jelas Cassiel.
"Terus sekarang kamu mau bagaimana?" Tanya Mey
"Aku tidak tau, aku akan menahannya sebisaku jika aku sudah tidak sanggup aku akan berusaha melupakannya" Ucap Cassiel dengan akhir helaan nafas.
Mereka pun melanjutkan mengobrol dan Mey mengajak ngobrol Cassiel agar lupa sejenak tentang kejadian tadi. Bel masuk berbunyi para siswa memasuki kelas, pelajaran di mulai.
Sampai bel pulang berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas untuk segera pulang ke rumah. Cassiel memutuskan untuk pulang lebih cepat dari biasanya, yang biasanya dia akan mengamati Kak Arfan dari jauh saat pulang sekolah tapi kali ini ia ingin cepat cepat tiduran di atas kasurnya karena teringat kejadian Istirahat tadi.