"Sherly..., maukah kamu menjadi istriku, selamanya...?"
Sherly tak menjawab. Ia menatapku, matanya makin merebak. Kemudian ia memelukku. Kami saling berpelukan sangat erat. Kurasakan wangi rambutnya. Aroma tubuhnya seperti ingin kuhirup, mengalir nikmat ke seluruh pori-pori tubuhku.Â
"Kamu melupakan sesuatu?"
"Ng...?"
"Sore ini kamu belum membuatkanku kopi...?"
Sherly makin mempererat pelukannya. Menggigit bahuku, pelan.Â
***
Cilegon, Januari 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!