Aku juga melihat kembali keceriaan Sherly seperti masa kecil dahulu. Juga, ada perasaan nyaman saat dekat dengannya. Kini aku merasa takut kehilangan. Tapi di saat yang lain aku mengingat bayi yang dikandungnya bukan anakku.Â
Aku kembali bimbang.Â
***
Sherly melahirkan bayi perempuan yang cantik. Detik-detik saat melahirkan itu, entah kenapa, aku begitu cemas melihatnya. Aku takut terjadi sesuatu pada dirinya. Aku menggenggam erat tangannya.Â
Setelah proses melahirkan selesai, kulihat air mata Sherly mengalir. Dengan lembut aku menghapusnya, juga butiran keringat yang memenuhi wajahnya. Kukecup keningnya dengan tulus. "Selamat, ya...," bisikku.Â
Justru itu membuat tangis Sherly makin pecah. Ia memelukku dengan erat. "Terima kasih..., terima kasih kamu sudah menyelamatkan diriku. Menyelamatkan keluargaku...!"Â
***
Ibuku dan kedua orangtua Sherly datang di hari pertama Sherly melahirkan. Sedangkan ibu Sherly hampir sebulan tinggal bersama kami. Mengajari Sherly bagaimana sebaiknya memperlakukan seorang bayi.Â
Setelah ibu Sherly kembali pulang ke rumahnya, rasa asing itu kembali menyergapku. Kusadari telah tumbuh perasaan sayang pada dirinya, tapi di sisi lain ada perasaan tak terima yang berkecamuk dalam pikiranku.Â
Hingga suatu sore...!Â
Saat itu usia bayi Sherly sudah tiga bulan. Kulihat Sherly berpakaian rapi sambil menggendong bayinya, seperti  sengaja menungguku. Kulihat juga sebuah koper. Perasaanku menjadi tak enak.Â