Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pilkardus

9 Juli 2021   20:23 Diperbarui: 9 Juli 2021   21:17 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jika kamu bekerja untuknya?" tanya Quinna.

Wisnu menggeleng. "Aku seorang jurnalis independen," katanya. "Aku tidak bekerja untuk siapa pun."

"Tapi dia menawarimu akses eksklusif dengan imbalan membuat berita positif tentang dia, kan?"

"Bukan seperti itu," katanya.

"Kamu tidak bisa melihat bahwa dia telah merusakmu?"

"Tidak!" sanggah Wisnu, masih tak mampu balas menatapnya. "Aku seorang jurnalis. Aku tidak bisa dirusak."

"Dia akan menang karena kamu, dan kemudian dia akan merusak PILKARDUS."

Wisnu tertawa. "Dari semua orang, kamulah yang paling tahu bahwa PILKARDUS tidak bisa disogok. Ini tidak seperti dia akan menjadi presiden seluruh negara seperti dulu, jadi bagaimana dia akan merusak sistem? Dia hanya akan memerintah satu dari empat belas kelurahan di kota kita, hanya satu dari delapan puluh tiga ribu empat ratus empat puluh tujuh desa dan kelurahan yang ada di negara ini. Setiap kelurahan atau desa merupakan wilayah semi-otonom sehingga dia tidak akan memiliki pengaruh politik di luar keluarahannya. Kamu tidak perlu takut padanya sebagai lurah."

Quinna menggelengkan kepalanya. "PILKARDUS mendengarkan kita," katanya.

"Iya!" dia berkata. "Itulah keindahannya karena setiap orang memiliki suara dan setiap orang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi negara, jadi bapakmu--"

"Dia bukan bapakku!" Quinna mendesis marah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun