Mohon tunggu...
Awaluddin aceh
Awaluddin aceh Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah di SMAN 1 Kluet Timur

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak-Jejak Kematian

6 September 2024   18:36 Diperbarui: 6 September 2024   18:37 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

David mencapai pintu dan menariknya sekuat tenaga. Pintu itu terbuka, dan mereka berdua melompat keluar ke udara malam yang dingin, tepat saat lorong di belakang mereka runtuh sepenuhnya.

Dari kejauhan, mereka bisa mendengar suara Darius yang tertawa, seolah menikmati penderitaan mereka.

"Kita harus kembali," kata Putri, napasnya tersengal. "Kita harus mengakhiri ini."

David mengangguk, meskipun seluruh tubuhnya gemetar. "Ya, tapi kali ini, kita harus memastikan dia tidak bisa kembali."

Keesokan harinya, mereka berdua kembali ke kantor polisi dan memutuskan untuk mempelajari lebih lanjut tentang sekte dan Darius. Dengan bantuan seorang ahli sejarah lokal, mereka menemukan bahwa untuk menghentikan ritual dan pengaruh Darius selamanya, mereka harus menghancurkan simbol-simbol dan altar yang digunakan oleh Darius.

David dan Putri, dengan bantuan tim khusus, kembali ke rumah tua itu. Mereka membawa alat-alat berat dan bahan peledak untuk menghancurkan tempat tersebut.

Ketika mereka masuk ke dalam, Darius sudah menunggu. Namun kali ini, David sudah siap. "Ini adalah akhir dari semua jejakmu, Darius," katanya dengan tegas.

Darius berteriak marah, namun David dan Putri menekan tombol detonator, meledakkan seluruh ruangan bersama dengan Darius di dalamnya. Batu-batu besar runtuh, mengubur seluruh tempat itu dalam kegelapan abadi.

David dan Putri keluar dari reruntuhan dengan selamat. Mereka saling menatap, sadar bahwa mereka telah mengakhiri sesuatu yang sangat berbahaya.

"Akhirnya," David menghela napas lega. "Jejak-jejak kematian ini telah berakhir."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun