Namun, sebelum mereka bisa mencapai pintu, suara langkah kaki lain terdengar di belakang mereka. David dan Putri segera berbalik dan melihat Darius muncul dari bayangan. Kali ini, matanya memancarkan cahaya merah yang menyeramkan.
"Kau pikir bisa lari dari aku, David?" kata Darius dengan nada mengejek.
Putri segera menarik senjata dan mengarahkannya ke Darius. "Berhenti di sana atau aku akan menembak!"
Darius tersenyum sinis. "Cobalah saja," ucapnya dengan nada menantang.
Putri menembak, tetapi pelurunya seolah melewati tubuh Darius yang berubah menjadi bayangan. Tawa Darius bergema di lorong itu. "Kau tidak bisa membunuh apa yang sudah mati."
David merasa putus asa. "Darius, apa sebenarnya yang kau inginkan?"
Darius melangkah mendekat, suaranya berubah menjadi bisikan. "Aku ingin kau, David. Jiwa terakhirmu adalah yang kubutuhkan. Bergabunglah denganku, dan kita akan hidup selamanya."
David merasa seluruh tubuhnya gemetar, tapi dia berusaha tetap tegar. "Tidak, Darius. Aku tidak akan menjadi bagian dari kegilaan ini."
Darius berhenti, wajahnya berubah serius. "Sayang sekali," ucapnya pelan. "Kalau begitu, kau akan mati malam ini."
Tiba-tiba, Darius mengangkat tangannya dan ruangan mulai bergetar hebat. Langit-langit lorong runtuh sebagian, membuat batu-batu besar jatuh. David dan Putri berlari ke arah pintu besi.
"Cepat, David!" teriak Putri.