Malam berikutnya, David memutuskan untuk berjaga di sekitar taman kota, lokasi terakhir pembunuhan terjadi. Dia yakin, pelaku akan kembali ke sana. Hujan kembali turun, membasahi tanah dengan deras. Putri berada di posisinya, mengawasi dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Tengah malam, David melihat seorang sosok misterius mendekat dari balik bayangan pohon. Sosok itu memakai mantel panjang, dengan topi lebar yang menutupi wajahnya. David merasakan detak jantungnya semakin cepat. "Itu dia," bisiknya dalam hati.
Perlahan, David mengikuti sosok itu tanpa suara, memastikan langkah kakinya tidak terdengar. Sosok tersebut terus berjalan menuju tengah taman, seolah mengetahui David mengikutinya. Saat David semakin dekat, sosok itu berhenti dan berbalik.
"Wah, wah, David... Kau masih sebaik dulu dalam mengikuti jejak," suara sosok itu terdengar tenang dan dingin.
David merasakan bulu kuduknya berdiri. "Darius?" tanyanya dengan suara tegang.
Sosok itu tertawa kecil. "Ya, David. Sudah lama sekali, bukan?"
"Apa yang kau inginkan, Darius?" David mengacungkan pistolnya. "Mengapa kau melakukan semua ini?"
Darius mengangkat tangannya seolah menyerah, namun senyum di wajahnya menunjukkan hal yang berbeda. "Aku hanya melanjutkan ritual yang pernah kau gagalkan, David. Dan kali ini, kau akan menjadi bagian darinya."
Sebelum David bisa bereaksi, Darius mengeluarkan sesuatu dari dalam mantelnya sebuah botol kecil dengan cairan berwarna merah. Dia melemparkannya ke arah David. Botol itu pecah dan cairan menyebar ke udara, mengeluarkan asap tebal dan bau menyengat.
David terbatuk-batuk, penglihatannya mulai kabur. "Putri!" teriaknya, mencoba memberi sinyal. Namun, Darius sudah berlari ke arah gelap, menghilang begitu saja.
Putri bergegas mendekat, menarik David menjauh dari asap beracun itu. "David, kau baik-baik saja?"