David mengambil kertas itu dan membuka lipatannya. Di dalamnya, ada sebuah tulisan dengan tinta merah:
"Kematian adalah pintu menuju keabadian. Aku sudah menunggumu, David."
Dada David berdegup kencang. "Dia tahu namaku," gumamnya.
Putri terkejut. "Apa maksudnya ini, David? Apakah dia mengenalmu?"
David mengangguk pelan, seolah mencoba mengingat sesuatu. "Ya... Aku punya firasat, dia mengenalku dengan sangat baik."
Keesokan harinya, David merasa tak bisa tinggal diam. Dia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota untuk mencari lebih banyak informasi tentang sekte kuno yang mungkin terkait dengan pembunuhan ini. Ia menemukan beberapa buku tua yang menyebutkan sekte tersebut: "Sekte Cahaya Abadi". Sekte ini, menurut catatan sejarah, percaya bahwa dengan mengorbankan jiwa-jiwa tertentu, mereka bisa mencapai bentuk keabadian spiritual.
David membaca dengan cermat setiap kalimat, mencoba mencari petunjuk. Lalu, di salah satu halaman, ia menemukan nama yang membuatnya terhenyak: "Pemimpin sekte terakhir, Darius, menghilang setelah melakukan ritual terakhirnya, dan tidak pernah ditemukan lagi."
"Darius..." bisik David. Tiba-tiba, sebuah kilatan ingatan melintas di benaknya. Sepuluh tahun lalu, dia pernah menangani kasus pembunuhan misterius yang pelakunya tidak pernah ditemukan. Nama Darius muncul sebagai tersangka utama, tetapi tanpa bukti yang cukup, kasus itu menjadi dingin.
"Apa mungkin Darius kembali?" pikir David. Jika benar, ini menjelaskan mengapa pelaku tahu namanya. Darius pasti masih menyimpan dendam karena kasus lamanya tak pernah terpecahkan.
David segera kembali ke kantor polisi dan menceritakan temuannya kepada Putri. "Jika ini benar, kita berurusan dengan seseorang yang sangat berbahaya. Dia sudah pernah melakukannya, dan sekarang dia kembali untuk melanjutkan apa yang dia mulai."
Putri mengangguk. "Kita harus menemukan jejaknya sebelum dia membunuh lagi."