Renjana pun segera mencegahnya dengan langsung meberikan uangnya ke tangan pemilik bengkel tersebut. “Ini saja pak! Terimakasih banyak ya pak. Kami pamit dulu”
Renjana merasa sangat bersalah pada lelaki itu. Mau bagaimana pun ini salahnya karena telah mengempeskan motor lelaki itu. Salahnya juga karena terlambat. Dan tak seharusnya ia bertindak berlebihan seperti ini pada lelaki itu.
Maka sebagai gantinya ia menemani Dirga mendorong motor dan juga membayarkan biaya perbaikannya. Melihat hal itu Dirga mengerutkan keningnya bingung namun kemudian ia pun hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.
Tanpa disuruh Renjana segera duduk di jok belakang motor Dirga. Sambil menepuk bahu Dirga ia pun berucap “Ayo antar aku pulang!”
Mendengar hal itu Dirga pun berdecak sebal. Namun tak ayal ia tetap menjalakan motornya menuju rumah gadis itu. “Mari pak!” Ucap Dirga pada pemilik bengkel yang hanya di balas anggukan oleh pemilik bengkel tersebut.
Di perjalanan tiba-tiba arah pandang Renjana tertuju pada gerobak cilok yang terletak di pinggir jalan yang ia lewati. dengan spontan ia pun berteriak pada Dirga.
“Ada cilok Di! Ayo beli!” Seru Renjana pada Dirga
Tanpa ba-bi-bu, laki-laki itu langsung berhenti di tempat pedagang cilok tersebut. Mereka berdua turun dari motor kemudian berjalan menuju tempat pedagang cilok itu. Namun tiba-tiba Dirga mencekal tangan Renjana,
“Tunggu di sini! Aku saja yang ke sana.”
Sontak Renjana pun mengerutkan keningnya. Namun sedetik kemudian ia mengangguk tanda setuju.
“Okey.”