Mendegar seruan gadis itu Dirga menjadi tambah malu. Wajahnya semakin memerah. Tetapi kemudian ia berdehem pelan untuk menghilangkan rasa gugupnya. Namun hal itu sontak mengundang tawa keras dari Renjana.
“HAHAHA. Ternyata kamu bisa salting juga ya? Hahaha.”
Tawa itu masih samar terdengar di telinga seorang pria yang duduk di sebelah gundukan tanah dengan bunga-bunga segar yang bertabur di atasnya. Ia tampak menyedihkan. Ia tertawa kecil. Namun air matanya juga ikut mengalir dari kedua mata indahnya.
Ia merasa sangat amat terpukul dengan kepergian istrinya. Tangannya bergerak mengusap batu nisan di hadapanya. Mengusap ukiran nama di batu nisan tersebut. “Renjana Pelita.”
Mengapa Tuhan tega sekali padanya? Kenapa Renjana meninggalkannya? Renjana bilang dia mencintainya. Tapi mengapa perempuan itu meninggalkannya di sini? Bahkan ini baru seminggu setelah pernikahan mereka berdua.
Andai saja. Andai saja ia tidak membiarkan istrinya pergi berbelanja sendirian. Andai saja ia tidak datang ke rapat mendadak di kantornya dan memilih mengantar istrinya berbelanja. Mungkin semua ini tidak akan terjadi.
Namun semua hanya andai saja. Ia sudah terlambat. Istrinya sudah pergi meninggalkannya. Meninggalkan dunia ini. Semua ini berlalu begitu saja tanpa bisa di prediksi olehnya. Dan dunianya pun seakan berhenti.
“Sudah Dirga. Jangan menyalahkan dirimu sendiri! Semua ini takdir Tuhan. Renjana pasti juga tidak akan senang melihatmu seperti ini.” Ucap seorang gadis di belakangnya.
Ya, dia Dirgantara Baswara. Ia akhirnya menikah dengan Renjana setelah penantian panjang. Namun, takdir berkata lain. Tuhan sudah mengambil Renjana darinya. Renjana tewas saat terjadi penajarahan di toko yang ia datangi saat berbelanja.
Dan gadis yang berdiri di belakang Dirga adalah Fia. Sahabat Renjana dari SMA. Ia juga sedih. Melihat Dirga yang putus asa dan menyalahkan dirinya sendiri ia merasa iba. Ia paham bagaimana perasaan suami mendiang sahabatnya itu.
Mendengar ucapan gadis itu Dirga hanya terisak sambil memeluk bantu nisan di hadapanya erat-erat. Renjana itu bagaikan mentari untuknya. Seperti namanya “Renjana Pelita”. Ya, dia adalah ”Pelitanya”.