Konsistensi Emosional: Menggunakan teori consistency bias untuk mengevaluasi apakah deskripsi peristiwa oleh Nabi Muhammad tetap stabil dan konsisten dalam berbagai penyampaiannya, baik dalam situasi pribadi maupun publik. Menganalisis elemen-elemen emosional dalam narasi, seperti kekaguman, ketakutan, atau harapan, untuk mengidentifikasi ketulusan atau autentisitas pengalaman.Â
Motivasi: Menerapkan teori motive attribution untuk mengidentifikasi motif yang mungkin melandasi penyampaian narasi ini, seperti keinginan untuk memberikan inspirasi spiritual kepada komunitas Muslim awal.
Dampak Spiritual: Mengevaluasi apakah narasi ini memicu perubahan perilaku atau keyakinan yang signifikan di kalangan pengikut Nabi Muhammad.
b. Analisis Forensik
Tujuan: Memvalidasi elemen-elemen dalam narasi Isra Mi'raj berdasarkan bukti tidak langsung, termasuk validasi geografis, konsistensi deskriptif, dan dampak sosial.
Sub-Metode:
Validasi Geografis: Membandingkan deskripsi lokasi dalam narasi Isra Mi'raj dengan data geografis yang ada tentang Masjid Al-Aqsa dan wilayah sekitarnya pada abad ke-7 M. Menganalisis kemungkinan rute perjalanan berdasarkan kondisi geografis saat itu.
Konsistensi Deskriptif: Menggunakan pendekatan forensik naratif untuk memeriksa apakah elemen-elemen dalam narasi tetap koheren dan tidak saling bertentangan di berbagai sumber, termasuk hadis-hadis yang sahih. Menilai kesesuaian deskripsi dalam narasi dengan kondisi historis dan budaya pada masa itu.
Dampak Sosial: Mengkaji transformasi sosial yang terjadi setelah penyampaian narasi Isra Mikraj, termasuk peningkatan keimanan komunitas Muslim awal dan penerimaan terhadap kepemimpinan Nabi Muhammad. Menganalisis bagaimana narasi ini memengaruhi legitimasi spiritual Nabi Muhammad di kalangan pengikutnya.
Relevansi dan Signifikansi Metode
Pendekatan multidisipliner ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang narasi Isra Mi'raj, bukan untuk menentukan validitas absolutnya, tetapi untuk mengeksplorasi bagaimana elemen-elemen narasi tersebut dapat dianalisis melalui perspektif psikologis dan forensik. Metode ini juga menyoroti pentingnya memahami narasi transendental dalam konteks sosial, historis, dan emosional yang relevan.