Membedah Kebenaran Isra Mikraj melalui Psikologi Pengakuan dan Analisis Forensik Naratif
Teaser : Begal di Pinggir Sawah
Waktu menunjukkan pukul 04:10 dini hari. Udara dingin menusuk tulang, dan embun menyelimuti dedaunan sawah. Jalan kampung itu sepi, hanya suara jangkrik dan gesekan angin di daun yang memecah kesunyian. Dudung, seorang pria paruh baya dengan tubuh kurus dan wajah yang memendam kekhawatiran, melaju dengan motor bututnya. Ia baru saja berangkat untuk membantu memanen padi di desa sebelah.
Tiba-tiba, dari balik bayang-bayang pohon pisang di pinggir sawah, muncul dua orang pria bertopeng. Salah satu dari mereka membawa golok yang berkilau dalam remang cahaya bulan.
"Berhenti! Kalau nggak mau mati!" teriak salah satu dari mereka dengan suara kasar.
Jantung Dudung berdegup kencang. Ia berusaha memutar balik motornya, tapi terlalu lambat. Salah satu pria menarik lengannya, membuatnya jatuh ke tanah. Motor bututnya diambil. Mereka melaju kencang, meninggalkan Dudung yang terduduk lemah di tanah berlumpur.
Pukul 05:30 pagi. Dudung berdiri dengan pakaian yang kusut dan tangan bergetar di depan meja resepsionis kantor polisi. Di meja itu, seorang polisi muda bernama Briptu Danu menguap sambil menyeruput kopi hitam.
"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Danu, meskipun matanya masih setengah tertutup.
Dudung menelan ludah. "Pak, saya... saya dibegal tadi pagi. Motor saya diambil..."
Danu mengangkat alis, kini lebih terjaga. "Dibegal? Di mana, kapan, dan bagaimana kejadiannya? Coba ceritakan."
Dudung mulai menjelaskan. "Di jalan pinggir sawah, waktu sebelum subuh tadi. Saya baru mau berangkat ke desa sebelah, tiba-tiba dua orang bertopeng muncul. Satu bawa golok, Pak. Motor saya diambil begitu saja..."