Stoikisme: Menekankan pengendalian diri dan penerimaan nasib. Kelemahan: Kurang memberi ruang untuk emosi positif atau hubungan sosial yang hangat.
Teori Kebahagiaan Integral: Mengatasi kelemahan panduan klasik dengan:
Pendekatan Holistik: Mengintegrasikan dimensi emosional, sosial, dan spiritual.
Adaptabilitas Modern: Menjawab tantangan kompleksitas kehidupan modern, seperti teknologi, tekanan kerja, dan hubungan interpersonal.
Keseimbangan Proaktif: Tidak hanya menerima realitas, tetapi juga berusaha mengubahnya secara adaptif.
Contoh Perbandingan Praktis: Konteks Modern: Dalam dunia kerja yang kompetitif, pendekatan stoik mungkin mendorong pengendalian diri terhadap tekanan. Namun, teori kebahagiaan integral tidak hanya mendorong ketahanan mental tetapi juga kebersyukuran atas kemajuan kecil dan kebermaknaan dalam kontribusi pekerjaan.
3. Relevansi Teori Kebahagiaan Integral di Era Modern
Tantangan Teknologi dan Globalisasi: Dalam era yang ditandai oleh informasi berlebih, kebahagiaan integral mengajarkan penyaringan makna dan fokus pada hal-hal esensial. Kebersyukuran aktif menjadi antidot terhadap budaya konsumtif yang terus-menerus menuntut lebih.
Tekanan Sosial dan Psikologis: Teori ini membantu mengatasi tekanan media sosial, di mana orang cenderung membandingkan diri mereka dengan versi ideal orang lain. Penerimaan aktif mendorong individu untuk menghargai perjuangan mereka sendiri tanpa perlu validasi eksternal.
Krisis Lingkungan dan Kemanusiaan: Kebahagiaan integral menawarkan kebermaknaan melalui keterlibatan dalam isu-isu besar yang berdampak global, seperti keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. Proses ini memberikan rasa kepuasan mendalam yang melampaui kebahagiaan individu.
Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Kehidupan: Harmoni proses dan ketahanan mental membantu individu menghadapi tuntutan kinerja tanpa kehilangan esensi kebahagiaan dalam hubungan sosial dan keluarga.