Ketidakpuasan dan ridho tidak harus menjadi dua kutub yang berlawanan. Sebaliknya, mereka dapat bekerja bersama untuk menciptakan perubahan yang seimbang. Ketidakpuasan memberikan dorongan awal untuk bergerak dan memperjuangkan perubahan, sementara ridho memberikan arah dan ketenangan untuk memastikan bahwa perubahan itu memiliki tujuan yang jelas dan hasil yang berkelanjutan.
Dalam analogi, ketidakpuasan adalah api yang membakar dan menghanguskan hambatan, sedangkan ridho adalah api unggun yang terkontrol, yang tidak hanya menerangi jalan tetapi juga memberikan kehangatan dan kenyamanan. Tanpa ridho, ketidakpuasan dapat menjadi liar, membakar sumber daya tanpa menghasilkan manfaat jangka panjang. Sebaliknya, tanpa ketidakpuasan, ridho berisiko menjadi pasif, kehilangan dorongan untuk maju.
Contoh Sinergi yang Efektif:
1. Reformasi Indonesia 1998
Ketidakpuasan terhadap Orde Baru mendorong gerakan massa untuk menuntut perubahan. Namun, setelah transisi, ridho menjadi kunci untuk menjaga stabilitas sosial dan politik, memungkinkan demokrasi berkembang meskipun dalam tantangan besar.
2. Gerakan Non-Kekerasan Gandhi
Ketidakpuasan Gandhi terhadap ketidakadilan kolonial tidak mengarah pada kekerasan, karena dikelola oleh ridho. Kombinasi ini menghasilkan gerakan yang penuh inspirasi dan membawa India menuju kemerdekaan dengan cara yang bermartabat.
3. Kebangkitan Ekonomi Jerman Pasca Perang Dunia II
Setelah kekalahan dalam perang, Jerman Barat menerima kenyataan kekalahan dengan ridho dan mengelola ketidakpuasan terhadap kondisi pasca perang untuk memulai program rekonstruksi besar-besaran, yang dikenal sebagai Wirtschaftswunder atau Keajaiban Ekonomi.
Ketidakpuasan dan ridho adalah dua kekuatan yang, jika digabungkan, dapat menjadi lokomotif perubahan yang tidak hanya mengarah pada reformasi tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat untuk pembangunan berkelanjutan. Integrasi ini mengajarkan bahwa perubahan yang sejati bukan hanya tentang melawan ketidakadilan, tetapi juga tentang membangun dunia baru dengan kesadaran, kebijaksanaan, dan visi yang jelas. Ketidakpuasan memberi dorongan, dan ridho memberi arah. Bersama-sama, mereka membentuk sinergi yang ideal untuk membangun peradaban yang lebih adil, damai, dan sejahtera.
9. Alternatif Penggerak Ikhtiar: Nilai, Makna, dan Rasa Syukur